Saya tidak membahas detail masalah ini. Sebab,  semenjak mayat Hakim PN Medan tersebut ditemukan, Kasusnya tak pernah sepi  dari pemberitaan.
Sebagai seorang ibu dan nenek, saya kasian pada Kanza. Terbiasa hidup manja bersama orangtua kaya raya. Dalam hitungan menit predikatnya berubah jadi anak seorang mantan pembunuh. Tidak hanya itu. Sang ibu juga mewariskan tauladan buruk bagi dirinya. Â Â
Usia 7 tahun bukan bayi lagi. Apa yang dilihat dan dialaminya sangat membekas dalam ingatannya.
Kehilangan sosok ayah tersebab dibunuh oleh ibu kandungnya adalah mimpi buruk bagi Kanza.  Dampak psikologisnya sangat  fatal.  Batinnya akan menderita dari kecil sampai dewasa, bahkan boleh jadi sampai tua karena trauma yang mendalam. Bisa-bisa dia tak bangga lagi punya ibu seorang  Zuraida Hanum.
 Belum lagi efek sosial selama dia berada di tengah masyarakat. Pengalaman saya 37 tahun berada di tengah anak-anak usia sekolah dasar. Siswa yang ayahnya  bermasalah (umpamanya diisukan sebagi penjahat), cendrung pendiam dan minder. Â
Supaya hal begini tidak terjadi pada Kanza, mungkin kondisi psikologisnya perlu ditangani secara serius oleh pihak keluarga.
Makanya,  sebagai orangtua berpikirlah  seribu kali sebelum melakukan tindakan yang dapat menghancurkan harga diri anak-anak. Jangan  tersebab dosa ibu bapa, anak-anaknya memikul  beban sosial.
Sekadar mengingat, salah satu warisan paling berharga ditinggalkan orangtua kepada anak-anaknya adalah nama baik. Apa gunanya harta melimpah kalau seumur hidup mereka dicap sebagai anak mantan pembunuh, mantan perampok dan mantan pemerkosa. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.
****
Referensi: Â Satu, Â Dua, Â Tiga.Â