Pertanyaannya, kenapa trik serupa tidak dia lakukannya saat berhubungan intim dengan suaminya. Bukankah menyelesaikan pekerjaan  berdua  lebih ringan daripada dilakukan sendiri?
Malu? Mungkin iya. Perempuan memang begitu. Terlebih masa-masa baru menikah. Di sinilah perlu komunikasi intens dan keterbukaan antara kedua pihak. Suami yang bijak tidak segois dan tak mau enak sendiri. Dia pasti berupaya memberi rasa nyaman (kepuasan) pada pasangannya.
Biasanya, wanita sehat dan normal menikmati seks lebih mendalam saat memasuki usia tua  tersebab banyak hal. Salah satunya rasa malunya telah jauh berkurang.
2. Sudah Fokuskah Anda?
Pikiran yang bercabang-cabang alias tidak konsen saat berhubungan intim dapat mengganggu kemampuan orgasme. Duit habis, beras tinggal sedikit, prasangka buruk, benci, sampai mengenang hal menyakitkan yang pernah dilakukan suami terhadap diri kita. Ini jelas-jelas membuat pikiran tidak fokus. Gelora seksual yang tadinya membara akhirnya mati layu. Patut diamini, yang terakhir inilah yang membuat Yuni Shara tak pernah mencapai orgasme.
Untuk menyingkirkan kekacauan  seperti itu, coba praktikkan rekayasa keindahan dalam hayal. Bayangkan saat itu Anda berdua sedang melewati malam pertama di kamar pengantin. Insyaallah bisa fokus.
3. Orgasme Bukan Suatu Keharusan
Orgasme merupakan tahap puncak kenikmatan dari sebuah hubungan intim. Umumnya, bagi laki-laki momen ini sekaligus merupakan rangkaian penutup dalam satu kali ronde permainan.
Beda dengan kaum hawa. Kadang-kadang beroleh duluan, lain kali dalam waktu bersamaan. Boleh jadi belakangan (kalau dikasih rangsangan ekstra). Tergantung reaksi seks masing-masing. Bahkan adakalanya tidak kebagian sama sekali. Terlebih suasana hati lagi kurang mood tersebab berbagai tekanan. Melayani pun kurang ikhlas. Sekadar melunasi kewajiban saja.
Kasus seperti ini dialami oleh banyak perempuan. Saya pernah membaca sebuah artikel, (sumbernya sudah lupa, he he ....). Intinya begini, bagi perempuan orgasme bukan suatu keharusan dalam "setiap" kali berhubungan intim. Masih ada hari esok.Â
Terakhir saya mohon maaf, Â artikel ini saya tulis sekadar pengingat. Bukan bermaksud menggurui. Bukan pula untuk porno-pornoan dan vulgar-vulgaran. Jujur, saya ragu memostingnya. Padahal penulisannya selesai sejak tiga hari lalu. Â Salam dari Pinggir Danau Kerinci.