"Dengan cowok?"
"Enggak. Tapi bukan sesama perempuan," balasnya sambil tertawa.
Yuni Shara membeberkan dirinya sangat sulit mencapai orgasme, karena pernah menjadi korban KDRT oleh suami pertamanya. "Dampaknya sangat membekas dalam ingatan saya." tuturnya. Â Trauma tersebut berlanjut pada pernikahan ke dua.Â
Bahkan dia sudah berkonsultasi ke psikolog terkait masalah ini. Namun tidak mengubah keadaan. "Melayani, iya. Hanya pura-pura menikmati (orgasme) aja," akunya.
Memperhatikan penjelasan Yuni Shara bahwa dia cuma bisa orgasme dengan  menggunakan mainan seks, tidak dengan pria, saya menganggap ada sedikit kejanggalan. Mosok pakai barang palsu dapat, pakai barang asli tak dapat. Â
Bukan bermaksud meringan-ringankan masalah. Patut diduga tiada problem dengan seksual Yuni Shara. Ia normal seperti perempuan lainnya. Barangkali belum menemui teknik yang pas dalam praktiknya.
Pada kesempatan ini, kita coba mengulitinya sedikit saja. Mana tahu ada Yuni Shara lainnya yang butuh informasi.
1. Pahami Apa Tujuan Berhubungan Intim
Bukan rahasia, tujuan utama pasangan suami isteri itu berhubungan badan adalah untuk "mencapai" puncak reaksi seksual yang diterima, baik oleh pria maupun wanita, yang ditandai dengan kenikmatan yang luar biasa.  Lazimnya disebut puncak kepuasan seks  atau orgasme.
Dimana-mana untuk "mencapai" sesuatu itu perlu usaha. Hal ini berlaku juga untuk urusan bercinta. Bagaimana dan apa saja upaya yang dilakukan? Jawabannya ada pada Anda masing-masing. Tidak etis nenek seusia saya membicarakannya terlalu dalam. Lagi pula menurut ahli, setiap wanita punya sensitifitas seksual berbeda.
Saya yakin, Yuni Shara berhasil "mencapai" orgasme dengan menggunakan  sex toys itu melalui usaha atau kiat khusus. Tidak mungkin begitu barang itu berlabuh organ "pribadinya" langsung bereaksi tanpa adanya stimulus