Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Heboh, Jual Kerbau Beli Itik Siswa Sekelas Terbahak

25 November 2019   07:36 Diperbarui: 25 November 2019   08:53 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

"Masa depan adalah harapan, masa lalu adalah kenangan." Barangkali kata bijak ini patut kita renungkan sekadar untuk menyemangati diri.

Tahun itu saya mengajar di kelas 5.  Sebagian besar siswanya memiliki kecerdasan yang lumayan tinggi. Namun ada satu yang jauh di bawah rata-rata. Sebut saja  namanya Udin. Modalnya hanya membaca dan menulis. Itu pun tergagap-gagap. Nakalnya, "subhaanallah." Bila ada anak cewek menangis, pasti dia yang dituding menjahili. Dasar kerbau panjang tanduk. Tidak menanduk pun dituduh nyeruduk.

Giliran belajar menulis, saya sering memberikan latihan mengarang bebas. Tujuannya agar siswa tidak terbelenggu pada tata aturan yang mengekang kebebesan siswa untuk berkreasi. Bahan ajar tetap dibatasi pada materi tertentu sesuai tema. Syaratnya, tidak rumit, mudah dipahami dan dilaksanakan.

Saya buka kegiatan dengan pertanyaan simple. "Andainya kalian orang kaya, apa yang kalian lakukan?"

Ruang kelas riuh, karena semuanya saling berpacu ingin menjawab. Kemudian tenang kembali ketika diberikan instruksi, "Tulislah jawabmu sesuai keinginan yang tergambar di kepalamu! Tak boleh malu. Kalian bebas  menulis apa yang kalian mau."

Mulailah mereka berhayal ria. Ada yang bercita-cita membeli sawah, mobil.  Yang pernah tinggal di kota, mau membangun hotel, naik pesawat terbang, dan lain  sebagainya.  Sebagian siswa laki-laki, ingin jadi polisi atau TNI, karena sepengetahuan mereka untuk merebut kedua predikat ini butuh uang banyak buat nyogok. Dan apabila kelak telah berhasil lolos, bertugas jauh di Aceh. Suatu saat dia pulang kampung menengok isterinya melahirkan.

Ada satu tulisan yang menarik. Tetapi tanpa dibubuhi nama. Anehnya lagi, tiada seorang pun siswa yang mengaku memilikinya.

Saya minta salah satu siswa maju ke depan untuk membacanya. Tiada yang berani. Mungkin mereka berpikir, "Jangan-jangan punyaku sendiri."

Akhirnya saya yang membacanya. "Kalau saya  orang kaya, saya beli kerbau tiga ekor. Satu saya potong buat sambal hari raya. Satu saya jual untuk menghajikan orangtua. Satu lagi juga dijual uangnya  untuk membeli itik." Lebih dan kurangnya terletak pada huruf, kata, kalimat dan kerapian tulisannya.

Seluruh siswa tertawa ngikik. Katanya orang kaya, bukannya menjual itik untuk membeli kerbau. Justru menjual kerbau buat membeli itik.

Setelah saya todong (datangi satu persatu ke meja siswa), terbukti lembaran tersebut punya Udin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun