Maafkan aku, Bu. Aku tak bisa menunaikan tugas yang Ibu minta. Karena aku tak punya ayah. Kata ibuku, konon ayahku seorang sopir, memiliki 3 isteri, dan 11 anak. Ibuku isteri ke 3.  Ayah pergi  meninggalkan ibu dan dua kakakku, 4 dan 2 tahun.  Sampai sekarang dia tak pernah kembali lagi. Waktu itu aku masih  dalam kandungan.
Setiap hari ibuku menangkap belut di sawah. Kemudian menjajakannya ke dusun-dusun. Setelah aku lahir,  beliau tak sanggup lagi menafkahi dirinya dan kami bertiga. Ibuku menyerahkan aku ke Panti Asuhan di Kota ini. Aku tak tahu berapa usiaku saat itu. Yang ku ingat, sampai sekarang aku  hanya anak Panti.  Ibu Tentu tahu aku anak Panti.  Sekian. Dari saya bernama Isma'il.
Bu Ida Terhenyak. Dia merasa berdosa telah mengorek luka hati Ma'il. Padahal sejak lama dia kenal kehidupan Ma'il. Wanita cantik itu baru menyadari kekeliruannya, menyamaratakan materi pembelajaran kepada  semua siswa.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H