Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Uhang Pandak" di TNKS, antara Mitos dan Pembuktian

24 Oktober 2019   05:58 Diperbarui: 24 Oktober 2019   06:09 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama mereka datang ke Taman Nasional Kerinci Seblat di tahun 1990.  Usaha-usaha mereka awali dengan pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata. Tujuannya untuk mengetahui titik-titik dimana uhang pandak itu sering muncul.

Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat, dimana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas uhang pandak. Hasilnya jauh dari kata memuaskan.

Mereka putus asa dan frustasi. Lalu pulang ke negara asalnya Inggris.

Sialnya, mereka tak mendapatkan banyak petunjuk di kampung halamannya. Karena itu, Tahun 1993 Debbie Martyr kembali lagi ke Indonesia. Pada kedatangan kedua ini Debbie menyusuri TNKS untuk membuktikan bahwa makhluk tersebut ada.

Setelah hampir tiga minggu dia berada di hutan TNKS, akhirnya wanita ceking tersebut melihat makhluk yang selama ini dia buru.

Ilustrasi Orang Pendek Suamtera. (Foto Ant WallisCentre for Fortean Zoology). Sumber: kumparan.com
Ilustrasi Orang Pendek Suamtera. (Foto Ant WallisCentre for Fortean Zoology). Sumber: kumparan.com
Menurut Debbie, pertama  dia melihat uhang pandak tahun 1994 di kawasan TNKS,  yakni di Gunung Tujuh  dan ke dua  di Gunung Kerinci. Tahun 1995 di Solok Selatan (kawasan TNKS) dan hutan lindung di perbatasan Pasaman dan Sumatera Utara. Tahun 1996, di perbatasan Muko Muko dengan Bengkulu Utara (hutan produksi). Dan terakhir pada tahun yang sama di Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan (masuk wilayah TNKS).

Sayangnya,  beberapa kali dia melihat uhang pandak itu, tidak satu pun yang bisa dia foto. Katanya, problem yang dihadapi saat peristiwa tak tunggal, mulai dari perkara jarak hingga kondisi alam. Misalnya, terhalang ranting dan rimba lebat.

Sosok lain yang pernah bersua uhang pandak adalah Iskandar Zakaria (almarhum), pada tahun 1990-an. Tokoh masyarakat Kerinci ini pernah bercerita.  Saat itu,  katanya dia tengah berjongkok di tepi sungai di perkebunan Gunung Raya Kabupaten Kerinci sambil memandangi bukit di hadapannya. 

Tiba-tiba  uhang pandak turun dari bukit tersebut. "Saya terkejut dan hanya bisa diam. Karena dia lewat di depan saya. Matanya merah." katanya. "Kejadiannya cepat sekali. Uhang pandak itu menghilang dalam hutan," tambahnya.

Lebih lanjut Pak Iskandar menjelaskan, wajah uhang pandak tidak menyerupai manusia. Tubuhnya gemuk, tingginya kira-kira 80 cm. Ditumbuhi bulu yang lebat seperti orang utan,  panjang tangannya melebihi lutut.

Pak Iskandar membantah makhluk tersebut berjalan dengan kaki terbalik. Beliau sangat meyakini bahwa makhluk tersebut jenis primata. Hanya cara berjalannya saja menyerupai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun