Pesta pernikahan adalah ritual syakral yang diharapkan terjadi sekali seumur hidup.Â
Tak terbayang betapa sibuknya tuan rumah menyiapkan segalanya agar acara sukses sesuai harapan. Menyewa dan memilih paraweding, mengatur tempat (bagi yang pestanya tidak menyewakan gedung khusus), sampai ke memikirkan masalah kateringan dan dana.
Menurut pengalaman, dalam menyelenggarakan sebuah pesta apapun jenisnya, hal yang paling dikhawatirkan tuan rumah adalah kekurangan lauk atau sambal.
Untuk mewanti-wanti, pemilik hajad biasanya berprinsip, lebih baik kelebihan stok daripada kekurangan. Sebab, yang namanya pesta segala sesuatunya disiapkan untuk memuaskan tetamu.
Dalam bertamu memang dibatasi adab-adab tertentu, namun selalu ada saja pribadi yang nakal.
Saya dan mungkin juga Anda sering menyaksikan dalam sebuah pesta pernikahan atau perjamuan lainnya, oknum undangan mengambil ransum dalam porsi jumbo.
Bahkan melampaui batas kewajaran. Setiap macam lauk yang terhidang di prasmanan dia sapu. Sehingga isi piringnya monjong seperti gunung merapi.
Sekiranya dia makan sampai habis, tuan rumah pasti bangga. Tertanda sajian yang disuguhkan laris manis.Â
Celakanya, sang tamu berhenti makan menyisakan isi piring yang masih banyak. Disertai beberapa potong lauk. Di sisi lain, tak jarang undangan yang datang belakangan tidak kebagian.
Susah ditebak, apa motifnya mereka berbuat demikian. Apakah menunya keasinan atau kurang enak. Atau sang oknum pamer gengsi.
Suatu ketika saya makan semeja dengan individu tipe ini. Geram dengan sikapnya, saya beranikan diri untuk menyapa, "Kok tak dimakan, Bu?"
"Udah kenyang," jawabnya sambil mengangkat bahu. Seperti ada sesuatu yang menjijikkan.
Alasan yang tidak masuk akal menurut saya. Sudah tahu perutnya kenyang, dia mengambil nasi sepiring monjong.
Apapun dalihnya, prilaku demikian adalah pemborosan dan mubazir. Dalam Al-Quran Surah Al-Isra, Ayat 26-27, Allah berfirman,yang intinya, Beliau menyebut para pemboros adalah teman setan.
Selain itu, sisa makanan yang tergeletak di piring dapat mengganggu pemandangan. Sehingga merusak keindahan ruang pesta.
Terlepas dari dimakan atau tidak, tamu yang mengambil makanan terlalu banyak, di segi etika pun tidak elok. Merakus di tempat undangan, dilihat puluhan pasang mata. Seakan-akan dia datang ke pesta untuk mencari kepuasan perut, mau makan enak. Seolah-olah lidahnya tak pernah tersentuh makanan lezat.
Bagi si pangkalan mungkin kasus begini tidak masalah. Yang penting acara sukses sesuai harapan. Tetapi buat pelaku, dapat merusak citra diri.
Demikian ulasan ini saya tulis berdasarkan temuan pribadi. Terakhir sekadar mengingatkan, kehadiran tamu di tempat pesta tidak semata-mata untuk makan.
Lebih dari itu adalah memuliakan tuan rumah, menyambung tali silaturrahmi karena lama tidak saling kunjung. Sering pula secara kebetulan terjadi reunian kilat dengan sahabat lama.
Semoga bermanfaat. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H