Suatu ketika saya makan semeja dengan individu tipe ini. Geram dengan sikapnya, saya beranikan diri untuk menyapa, "Kok tak dimakan, Bu?"
"Udah kenyang," jawabnya sambil mengangkat bahu. Seperti ada sesuatu yang menjijikkan.
Alasan yang tidak masuk akal menurut saya. Sudah tahu perutnya kenyang, dia mengambil nasi sepiring monjong.
Apapun dalihnya, prilaku demikian adalah pemborosan dan mubazir. Dalam Al-Quran Surah Al-Isra, Ayat 26-27, Allah berfirman,yang intinya, Beliau menyebut para pemboros adalah teman setan.
Selain itu, sisa makanan yang tergeletak di piring dapat mengganggu pemandangan. Sehingga merusak keindahan ruang pesta.
Terlepas dari dimakan atau tidak, tamu yang mengambil makanan terlalu banyak, di segi etika pun tidak elok. Merakus di tempat undangan, dilihat puluhan pasang mata. Seakan-akan dia datang ke pesta untuk mencari kepuasan perut, mau makan enak. Seolah-olah lidahnya tak pernah tersentuh makanan lezat.
Bagi si pangkalan mungkin kasus begini tidak masalah. Yang penting acara sukses sesuai harapan. Tetapi buat pelaku, dapat merusak citra diri.
Demikian ulasan ini saya tulis berdasarkan temuan pribadi. Terakhir sekadar mengingatkan, kehadiran tamu di tempat pesta tidak semata-mata untuk makan.
Lebih dari itu adalah memuliakan tuan rumah, menyambung tali silaturrahmi karena lama tidak saling kunjung. Sering pula secara kebetulan terjadi reunian kilat dengan sahabat lama.
Semoga bermanfaat. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.
****