Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Anda Penderita Biduran? Jangan Panik!

18 September 2019   19:20 Diperbarui: 16 April 2021   14:55 4635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman tapak dara. Dokumentasi pribadi

Tahukah Anda apa itu biduran? Rasa ratal pada kulit disertai ruam. Awalnya muncul di salah satu bagian tubuh. Kemudian menyebar ke area yang lebih luas. Emak-emak kampung menyebutnya kaligata. 

Kata dokter, biduran bukanlah penyakit yang membahayakan, tapi bisa membuat penderitanya tidak nyaman karena rasa gatal. Penyebabnya:

1. Alergi  2. Udara luar 3. Penyakit tertentu (barangkali ada penyakit serius) 4. Berkeringat  5. Alergi tungau debu rumah  6. Stres. Lengkapnya lihat di sini

Semasa muda saya pernah terpapar biduran. Gejalanya tidak lama. Paling 15 menit, kemudian hilang sendiri. Tapi gatalnya minta ampun. Satu titik digaruk, disusul bentol lainnya.

Daun tapak dara. Dokumentasi pribadi
Daun tapak dara. Dokumentasi pribadi
Khusus kasus saya, saya yakin pencetusnya poin nomor 2. (udara luar). Kumatnya, ketika naik motor pagi hari dari rumah kenuju sekolah. Parahnya kapan tubuh saya diguyur hujan.

Kalau tersebab angin, reaksinya selalu dimulai dari daun telinga. Gatal, memerah, dan terasa tebal. Kemudian menjalar ke bagian tubuh yang lain. Telapak tangan dan kulit kepala  juga ikutan mengerinyau. Tak digaruk gatalnya melangit, digaruk bentol dan gerenyamnya beranak pinak.

Kapan kehujanan, starnya mulai dari daerah perut, dan bagian lainnya. Dalam artian, tidak berpangkal pada daun telinga.

Bagi saya, biduran ini tidak mengganggu bagian kesehatan tubuh yang lain.  Kecuali setelah sembuh bekas garukannya meninggalkan goresan pada kulit. Oleh sebab itu, tak sekali pun saya berusaha untuk mengobatinya.

Tak heran, penyakit ini menggerogoti tubuh saya bertahun-tahun. Sampai pada suatu hari seorang teman bercerita tentang khasiat daun bunga tapak  dara. Konon katanya untuk memelihara kesehatan tubuh dan mengobati berbagai penyakit.

Tanaman tapak dara. Dokumentasi pribadi
Tanaman tapak dara. Dokumentasi pribadi
Bawaan saya suka minum obat tradisional. Apa pun yang "katanya-katanya" bagus, dan kebetulan ketersediaannnya ada di lingkungan terdekat, langsung saya eksekusi.

Sesuai petunjuk si pembawa informasi, langkah pengolahannya adalah, 12  tangkai daun tapak dara segar (seperti pada foto 2), direbus dengan 2 gelas air putih hingga terisa 1 gelas. Kemudian diangkat dan dinginkan. Lalu disaring, diminum airnya sampai habis sebelum tidur malam.

Hasilnya mak nyus dan mencengangkan. Di luar dugaan, dua hari setelahnya kali gatal saya berkurang, akhirnya bablas entah berapa hari kemudian, saya tidak terlalu peduli. Sampai sekarang penyakit tersebut  tak pernah kambuh lagi.

Ini adalah penemuan tanpa sengaja. Dan saya mengonsumsinya hanya satu kali seumur hidup. Sebab pahitnya 11-12 dengan empedu.

Berikutnya atas anjuran saya,  ada 2 penderita biduran lainnya juga sembuh setelah minum daun tapak dara.

Tanaman tapak dara. Dokumentasi pribadi
Tanaman tapak dara. Dokumentasi pribadi
Di kampung-kampung tapak dara ini dapat ditemui di halaman rumah penduduk. Manfaatnya hanya sebagai tanaman hias. Semasa saya kecil tanaman ini sangat menakutkan setelah daun jelatang. Rasa-rasanya bila dipegang bisa bikin mabuk, mengingat aromanya yang menyengat.

Namun seiring perkembangan teknologi, informasi dapat diakses dengan cepat dan mudah. Ternyata daun tapak dara ini mengandung segudang manfaat pengobatan. 

Di beberapa bagian dunia, masyarakat sudah menggunakan tapak dara untuk mengobati penyakit batuk, sakit tenggorokan, infeksi mata, darah tinggi, diabetes, hingga kanker.

Para ilmuwan dan peneliti di seputar dunia juga berupaya membuktikan manfaatnya secara ilmiah. Bahkan tanaman tapak dara menjadi salah satu yang paling banyak diteliti. Untuk mengetahui lebih detil tentang tumbuhan ini, silakan mampir di sini.

Demikian pengalaman saya seputar tumbuhan tapak dara. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun