Menurut orang tua-tua kampung,  dalam 40 hari terakhir kehidupan sesorang, arwahnya  sering bertandang kemana-mana. Oleh orang daerah saya, ruh yang begini  disebut mangun. Bahasa kasarnya, "hantu mangun".
Saat dia menampakkan diri, Â wujudnya kadang-kadang berbentuk hewan. Seperti kupu-kupu, belalang, dan lain sebagainya.
Makanya, kalau ada binatang bukan pengganggu masuk rumah, umpanya kumbang, cacing, dan sebagainya, oleh orang tua-tua dilarang  membunuhnya. Terutama pada malam hari. "Buang saja  di luar rumah. Supaya dia selamat dan bisa hidup," katanya.
Hantu mangun ini sering  mengunjungi tempat-tempat yang pernah dia datangi semasa hidupnya. Misalnya rumah-rumah ibadah, rumah kos, pondok kebun, salon tempatnya pernah memotong rambut, dan lain sebagainya.
Suatu malam saya mendengar lelaki dewasa ngobrol. Posisinya pas di sudut  ruang salon saya bagian luar. Materi percakapannya tidak jelas.
Tak lama kemudian, dia tertawa sendirian. Durasinya kurang lebih satu menit. Lalu senyap. Saya merinding ketakutan. Sebab, antara  salon dan kamar tidur saya hanya berbatas dinding. Jam beker menunjukkuan pukul 01.03. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1986.
Seminggu kemudian seorang cowok pelanggan saya  dikabarkan meninggal. Mungkin sebelum pemuda 21 tahun itu menghadap Sang Khalik, hantu mangunnya mencari potongan rambutnya yang tercecer di tempat kerja saya.
Kasus lain yang  membut saya ciut, tahun 2003, saya nginap di LPMP Jambi, dalam rangka mengikuti pelatihan Kepala/guru SD, tingkat provinsi. Kira-kira pukul 03 dini hari, di luar kamar brisik bunyi gelas beradu. Bisingnya lain dari yang lain, sampai membangunkan saya.
Saya salut pada petugas. Di saat penghuni asrama tengah terlelap, dia terjaga duluan terus bersih- bersih. Antara sadar dan tertidur hati saya berbisik, "Anak laki-laki kampung umur segitu, Â jangankan pagi buta nyuci piring, jam 7 pun belum tentu dia bangun." Tidur saya berlanjut.
Saat mau Salat Subuh di ruang Musala, saya kaget. Gelas yang tadi malam terkapar di meja aula, masih berada di tempat semula. Masih kotor pula. Lalu siapa yang dini hari tadi sibuk mengumpulkan gelas.
Saya ceritakan pada teman-teman penghuni kamar lain. Salah satunya menjawab, "Blok ini dari dulu memang terkenal angker. Konon yang biasa menampakkan dirinya  sosok wanita cantik berambut panjang,"  jelasnya.