Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Benarkah Hantu Mangun Itu Ada?

7 September 2019   09:48 Diperbarui: 7 September 2019   18:40 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay/dante virgilius

Menurut orang tua-tua kampung,  dalam 40 hari terakhir kehidupan sesorang, arwahnya  sering bertandang kemana-mana. Oleh orang daerah saya, ruh yang begini  disebut mangun. Bahasa kasarnya, "hantu mangun".

Saat dia menampakkan diri,  wujudnya kadang-kadang berbentuk hewan. Seperti kupu-kupu, belalang, dan lain sebagainya.

Makanya, kalau ada binatang bukan pengganggu masuk rumah, umpanya kumbang, cacing, dan sebagainya, oleh orang tua-tua dilarang  membunuhnya. Terutama pada malam hari. "Buang saja  di luar rumah. Supaya dia selamat dan bisa hidup," katanya.

Hantu mangun ini sering  mengunjungi tempat-tempat yang pernah dia datangi semasa hidupnya. Misalnya rumah-rumah ibadah, rumah kos, pondok kebun, salon tempatnya pernah memotong rambut, dan lain sebagainya.

Suatu malam saya mendengar lelaki dewasa ngobrol. Posisinya pas di sudut  ruang salon saya bagian luar. Materi percakapannya tidak jelas.

Tak lama kemudian, dia tertawa sendirian. Durasinya kurang lebih satu menit. Lalu senyap. Saya merinding ketakutan. Sebab, antara  salon dan kamar tidur saya hanya berbatas dinding. Jam beker menunjukkuan pukul 01.03. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1986.

Seminggu kemudian seorang cowok pelanggan saya  dikabarkan meninggal. Mungkin sebelum pemuda 21 tahun itu menghadap Sang Khalik, hantu mangunnya mencari potongan rambutnya yang tercecer di tempat kerja saya.

Kasus lain yang  membut saya ciut, tahun 2003, saya nginap di LPMP Jambi, dalam rangka mengikuti pelatihan Kepala/guru SD, tingkat provinsi. Kira-kira pukul 03 dini hari, di luar kamar brisik bunyi gelas beradu. Bisingnya lain dari yang lain, sampai membangunkan saya.

Saya salut pada petugas. Di saat penghuni asrama tengah terlelap, dia terjaga duluan terus bersih- bersih. Antara sadar dan tertidur hati saya berbisik, "Anak laki-laki kampung umur segitu,  jangankan pagi buta nyuci piring, jam 7 pun belum tentu dia bangun." Tidur saya berlanjut.

Saat mau Salat Subuh di ruang Musala, saya kaget. Gelas yang tadi malam terkapar di meja aula, masih berada di tempat semula. Masih kotor pula. Lalu siapa yang dini hari tadi sibuk mengumpulkan gelas.

Saya ceritakan pada teman-teman penghuni kamar lain. Salah satunya menjawab, "Blok ini dari dulu memang terkenal angker. Konon yang biasa menampakkan dirinya  sosok wanita cantik berambut panjang,"  jelasnya.

Saya dan ibu-ibu lainnya di sana ngumpul ke sudut sofa. Ada juga yang menahan kencing karena ketakutan.

Sorenya, pukul 18.10 menjelang Maghrib, berita mengejutkan merundung LPMP. Seorang cowok  petugas konsumsi  tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Dia diseruduk angkot saat pulang dari membeli gorengan.

Keheranan saya tadi malam terjawab. "Dialah makhluk misterius yang sibuk mengumpulkan gelas tadi malam."

Rupanya hantu mangun ini tidak hanya beraksi sebelum pemiliknya mendekati kematian. Setelah meninggal pun dia masih berkeliaran.

Waktu itu saya sedang hamil  6 bulan. Sesudah Maghrib, kami  diberitahukan bahwa tetangga sekaligus guru ngaji musala RT kami meninggal dunia. Karena berbagai pertimbangan, mayatnya akan digotong ke rumah orangtuanya untuk diselenggarakan pemakaman besok hari. Jaraknya  kurang lebih 800 meter dari  kediaman almarhum. Kejadian ini pada tahun 1979.

Suami saya ikut menggotong. Sementara saya tinggal hanya berteman sebuah  lampu minyak.  Biasanya kalau ada  rapat RT, saya juga sendirian. Karena Ibu kos dan  anak-anaknya  ada di lantai 2.

Entah ada acara apa di dusun mereka, sehingga malam itu Ibu Kos dan anak-anaknya pergi semua. Sementara suaminya Pak SW  ikut mengantarkan jenazah.

Sekira pukul 22.00 WIB. Pak SW pulang duluan.  Hal ini saya ketahui, terdengar dia mandi di tempat keluarganya  biasa  mencuci piring.  Warga setempat menyebutnya plasa. 

Dibuat dari bambu, seperti panggung di belakang dapur. Airnya air hujan yang bertadah drum aspal. Setiap kali Pak SW mandi, desauan airnya terdengar jelas dari kamar kos kami.

Saya tunggu beberapa saat, suami tak kunjung pulang. Hendak saya tanyakan pada Pak SW, jangan-jangan saya dituding pencemburu. Ya, Sudah. Saya sabar saja.

Beberapa menit kemudian  suami saya pulang bersama Pak SW. Saya berpikir, mungkin setelah mandi tadi Pak SW ke sana lagi. Saya tanyakan pada suami, apakah Pak SW dua kali melayat.

 "Tidak." 

Besoknya saya ceritakan pada Pak SW.

Beliau tersenyum. "Itu dia. Hantu mangun si "Anu" (menyebutkan nama almarhum ). Plasa itu dulu dia yang bikin," tambahnya.

"Dia kan sudah mati, Pak," tukas saya.

"Mangunnya itu masih berada di sekitar sini," balas Pak SW.

Tubuh saya menggigil  ketakutan.  Semenjak itu, saya tak mau lagi tinggal sendirian pada malam hari.

Sebelumnya  saya tidak percaya dengan hal mistis begini. Sebab,  sampai  artikel ini saya tulis, belum saya temui sepotong pun  ayat atau hadist yang membenarkannya. Tetapi setelah keanehan-keanehan tersebut  terekam oleh telinga ini, 90% saya percaya bahwa hantu mangun itu benar-benar ada.

Terakhir saya mohon maaf, jika tulisan ini  dapat mengganggu perasaan pihak-pihak tertentu. Bukan bermaksud untuk membully, apalagi merendahkan. Tetapi 100% adalah pengalaman pribadi. Salam kompak bhinneka tunggal ika.

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun