Saya dan ibu-ibu lainnya di sana ngumpul ke sudut sofa. Ada juga yang menahan kencing karena ketakutan.
Sorenya, pukul 18.10 menjelang Maghrib, berita mengejutkan merundung LPMP. Seorang cowok  petugas konsumsi  tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Dia diseruduk angkot saat pulang dari membeli gorengan.
Keheranan saya tadi malam terjawab. "Dialah makhluk misterius yang sibuk mengumpulkan gelas tadi malam."
Rupanya hantu mangun ini tidak hanya beraksi sebelum pemiliknya mendekati kematian. Setelah meninggal pun dia masih berkeliaran.
Waktu itu saya sedang hamil  6 bulan. Sesudah Maghrib, kami  diberitahukan bahwa tetangga sekaligus guru ngaji musala RT kami meninggal dunia. Karena berbagai pertimbangan, mayatnya akan digotong ke rumah orangtuanya untuk diselenggarakan pemakaman besok hari. Jaraknya  kurang lebih 800 meter dari  kediaman almarhum. Kejadian ini pada tahun 1979.
Suami saya ikut menggotong. Sementara saya tinggal hanya berteman sebuah  lampu minyak.  Biasanya kalau ada  rapat RT, saya juga sendirian. Karena Ibu kos dan  anak-anaknya  ada di lantai 2.
Entah ada acara apa di dusun mereka, sehingga malam itu Ibu Kos dan anak-anaknya pergi semua. Sementara suaminya Pak SW Â ikut mengantarkan jenazah.
Sekira pukul 22.00 WIB. Pak SW pulang duluan.  Hal ini saya ketahui, terdengar dia mandi di tempat keluarganya  biasa  mencuci piring.  Warga setempat menyebutnya plasa.Â
Dibuat dari bambu, seperti panggung di belakang dapur. Airnya air hujan yang bertadah drum aspal. Setiap kali Pak SW mandi, desauan airnya terdengar jelas dari kamar kos kami.
Saya tunggu beberapa saat, suami tak kunjung pulang. Hendak saya tanyakan pada Pak SW, jangan-jangan saya dituding pencemburu. Ya, Sudah. Saya sabar saja.
Beberapa menit kemudian  suami saya pulang bersama Pak SW. Saya berpikir, mungkin setelah mandi tadi Pak SW ke sana lagi. Saya tanyakan pada suami, apakah Pak SW dua kali melayat.