Masih segar dalam ingatan, seorang wanita asal Kota Tangerang BP (24), menjadi korban pemerasan Rp 75 juta oleh pacarnya Rival Jasita. Peristiwa ini terjadi awal tahun 2019.
Pelaku dan korban berkenalan via medsos. Setelah merasa ada kecocokan, keduanya berpacaran. Mengetahui BP tulus mencintainya, sang cowok mengambil kesempatan.
Saat video call dengan korban dia meminta kekasihnya memperlihatkan bagian tubuhnya yang paling pribadi. Korban menuruti. Saat itulah pelaku men-creenshot adegan tersebut.
Setelah itu, pelaku mengancam akan menyebarkan foto hasil tangkapan layar tadi. Kecuali jika korban membayar sejumlah uang.
Pertama, korban mentransfer Rp 35 juta. Kemudian pelaku menteror lagi. Hingga total transfernya mencapai Rp 75 juta.Â
Peristiwa tersebut merundung seorang gadis berinisial  YN (15) warga Desa Nyiur Sayak Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan.
Kasus ini ketahuan sehari sebelum akad nikah dilangsungkan. Tepatnya tanggal  31 Agustus kemarin. Seorang kerabat curaga dengan gelagat Nilin (25) calon pengantin pria.
Kecurigaan tersebut mereka laporkan kepada Kepala Desa setempat. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh seorang bidan, ternyata benar bahwa Nilin alias Kevin adalah seorang wanita.
Sekilas terlihat, fisik Nilin ini  memang mirip cowok. Tetapi dia tak dapat menyembunyikann suaranya sebagai seorang perempuan.Â
Menurut  ayah YN, anaknya benar-benar tidak tahu bahwa Nilin ini seorang perempuan. Keduanya berkenalan  melalui media sosial.
Antara korban dan pelaku sempat bertemu beberapa kali, tapi orangtua YN tidak menaruh curiga. Sehingga korban mau dilamar oleh cewek yang mengaku cowok tersebut.
Kevin juga pernah datang  bersama  orangtuanya ke rumah YN. Belakangan diketahui bahwa orang yang dibawanya tersebut dia bayar untuk mengakui sebagai orangtuanya.Â
Keluarga kecewa. YN mengalami trauma dan syok berat karena menanggung malu.Wajar, tenda sudah terpasang, undangan sudah tersebar.
Akibat perbuatannya, Kevin diamankan oleh pihak  berwajib. Tetapi  kasusnya berakhir dengan perdamaian dan akan diselesaikan secara kekeluargaan.
Kasus kedua, meneguhkan pembenaran saya pada tradisi masyarakat pedesaan (khusus di tempat saya). Para orangtua tidak begitu mudah percaya terhadap orang dari luar daerah  untuk melamar anak gadisnya. Terutama lelaki yang belum lama mereka kenal.
Tetangga saya pernah berujar, "Saya lebih memilih menjodohkan anak saya dengan tukang sapu, asal keturunannya diketahui. Daripada menikahkan dia dengan pengusaha tetapi asal usulnya tidak jelas. Mana tau, ngakunya ini itu, rayuannya semanis madu. Ternyata dia perampok ulung."
Tetapi, bukan berarti semua pengguna media sosial itu jahat. Banyak juga insan yang berlawanan jenis berkenalan di dunia maya, berakhir di pelaminan alam nyata. Yang penting, pengguna tetap berwanti-wanti dan pandai membaca yang  tersirat di balik tersurat.Â
Beberapa tahun yang lalu, putri sahabat saya menjalin hubungan dengan pemuda Turki via medsos. Perkenalan mereka berlanjut ke pelaminan setelah cowok Muslim itu memboyong orangtuanya datang ke Indonesia untuk melamar. Ritual lamaran ditutup dengan akad nikah. Usai pesta, Si gadis langsung mereka bawa terbang ke negara lintas benua tersebut.
Tidak sedikit pula kaum selebritis bertemu calon jodohnya lewat  dunia maya. Ada Marion Jola dan Julian Jacob, Kevin Aprilio dan Vicy Melanie,  serta  sederet artis lainnya. Oh, ya Siti KDI dan suaminya bule Turki  Cem Junet Perk  juga mengawali perkenalan di media sosial. Â
Simpulan, kemajuan teknologi tidak perlu dicemaskan secara berlebihan. Sebab, ilmu pengetahuan dikembangkan untuk memudahkan manusia dalam kehidupan. Yang penting, gunakan akal untuk berpikir cerdas.Â
Ambil yang bermanfaat, tinggalkan yang membawa mudharat. Sekian. Semoga ulasan ini bermanfaat bagi kita semua. Selamat menemui judoh bagi yang masih menjomblo.
****
Sumber :
PertamaÂ
Ke duaÂ
Ke tiga