Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wahai Kaum Adam, Kebanggaan Seorang Istri Saat Dirinya Tidak Dipoligami

7 Juli 2019   22:34 Diperbarui: 7 Juli 2019   23:17 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai kaum adam, ingatlah! kebanggaan seorang istri jika dirinya tidak dipoligami. Tema ini saya angkat  menanggapi artikel Hamdani. Kompasianer asal Aceh ini mengulas isu terpanas yang sedang menjadi perbincangan di kalangan masyarakat setempat. Pemerintah Aceh akan melegalkan sistem pernikahan poligami.

Dikabarkannya, saat ini Rancangan Qanun tersebut sedang digodok oleh komisi VII DPRA dan akan dikonsultasikan dengan berbagai pihak. Dan rencananya disahkan menjadi Qanun September 2019 mendatang.

Saya memandang kasus ini bukan dari perspektif hukum. Baik hukum Islam maupun hukum negara. Karena keduanya sudah jelas dan terang benderang.  Tetapi saya menyikapinya  dari aspek sosial. Sfesifiknya menyangkut, perasaan, dan kebanggaan para isteri yang terenggut paksa tersebab dipoligami.

Saya yakin, hanya sedikit perempuan di bumi Indonesia  ini yang mau dimadu. Apapun dalihnya. Dalam golongan ini mungkin dilatari alasan-alasan internal kedua belah pihak. Misalnya pasangan suami isteri yang telah lama menikah tapi belum dikaruniai momongan. Itupun sulit bagi perempuan untuk menerima.

Alkisah pasangan  putra orang terdekat saya. Mereka menikah sejak 10 tahun lalu.  Tetapi belum dikaruniai momongan. Segala upaya cuma program bayi tabung yang belum mereka coba. Yang lain sudah semua.

Entah tersebab putus asa atau apa, suatu hari keluar ucapan dari mulut isterinya. Dia menganjurkan suaminya menikah lagi. Dengan syarat, dirinya tidak dicerai.

Gayung bersambut. Tiga bulan kemudian, sang suami menemuai wanita pilihan yang kira-kira memenuhi kriteria. Seorang janda beranak satu. Maka diajukanlah rencana pernikahan baru kepada isteri pertamanya.

Apa yang terjadi? Isterinya menangis sejadi-jadinya, tidak terima dirinya dimadu. Tetapi suaminya sudah mulai bertingkah. Sering pulang malam, Teleponan sembunyi-sembunyi. Hampir saja si isteri bunuh diri. Kini badannya kurus kering tinggal kulit pembalut tulang.

Sobat karib saya seorang terkenal salehah, cantik, kaya, penyabar, lembut, dan taat beragama.  Dipoligami dengan dua perempuan sekaligus, dia biasa-biasa saja. Nrimo, tenang dan baik sama kedua madunya. Saat suaminya menikahi perempuan yang ke tiga, malah seizin dia.

Saking baiknya, beberapa hari setelah menikah, si suami membawa isteri barunya nginap di kamar dia. Memang malam itu sobat saya itu sedang di tempat hajatan keluarga. Dia tidak marah.

Puluhan tahun kemudian dia curhat ke saya. Rumah tangganya mulai retak. Alasannya dia sudah jenuh dengan pernikahannya. Ternyata, dia juga punya rasa cemburu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun