Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

3 Sensasi Ber-SMS Klasik, Anda Pernah Coba yang Mana?

2 Juli 2019   22:20 Diperbarui: 2 Juli 2019   22:43 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semasa remaja, saya juga pernah mempraktikkannya. Gawainya, meja peot milik tukang lontong. Lawan charting keponakan suami ibu kos yeng berprofesi sebagai penjual kelapa. Lumayan ganteng, sopan, pintar nyari duit tentunya.

Mula-mula dia ngajak kenalan. Berlanjut curhat terbuka. Ternyata dia cuman lulusan SD.

Takut tergoda, saya langsung kabur. Pasalnya, saya ingin berjodoh dengan orang berpendidikan. Masalah pekerjaan urusan belakangan. Kalau tak dapat sarjana, minimal lulusan SLA. Misi saya ingin mengubah keturunan.

Selain itu, pesan Emak berkelebat di kepala,  "Kita orang miskin tak punya siapa-siapa, Nak. Kalau mau sekolah, sekolahlah yang benar. Emak tak terima kau pulang membawa perut gendut."

Simpulannya, apapun perangkat perantaranya, telepon pintar atau telepon "dungu", yang namanya kontek-kontekan, chartting-chartting-an, asyiknya luar biasa. Apabila kurang hati-hati, dampaknya pun lebih buruk daripada yang terburuk. Salam dari desa.

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun