Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Yuk Wisata Sampah, Dari Desa ke Mancanegara!

24 Juni 2019   06:23 Diperbarui: 30 Juni 2019   16:40 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan parkir di objek wisata Danau Kerinci. Dokumentasi Pribadi.

Di republik tercinta ini, masalah sampah memang tak pernah tuntas. Di kota maupun di desa. Tengoklah tempat-tempat liburan di pedesaan. Terutama setelah lebaran.

Hari Raya ke lima saya berkunjung ke objek wisata alam Danau Kerinci. Kondisinya memprihatinkan. Di darat sampah, di air sampah. Didominasi oleh limbah non organik bekas air mineral dan plastik pembukus makanan. Tak heran Indonesia didaulat sebagai penghasil sampah plastik nomor dua di dunia. (Beranda Iftek, 28/05/2018).

Lahan parkir di objek wisata Danau Kerinci. Dokumentasi Pribadi.
Lahan parkir di objek wisata Danau Kerinci. Dokumentasi Pribadi.
Padahal, danau seluas 4.200 hektar dengan kedalaman 110 meter itu merupakan destinasi wisata terfavorit dalam Provinsi Jambi. Ya, itulah alam desa zaman now.

Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan sebanyak 24 persen sampah di Indonesia masih tidak terkelola. (CNN Indonesia, 25/04/2018). Artinya, 76% sisanya telah tertangani.

Kawasan obkek wisata Danau Kerinci. Dokumentasi Pribadi.
Kawasan obkek wisata Danau Kerinci. Dokumentasi Pribadi.
Tetapi, sebagian warga desa belum terimbas. Imbalannya hanya sepotong kalimat yang mendalilkan, "Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sangat rendah."

Oke, tidak apa-apa. Kita tunggu janji pemerintah yang katanya tahun 2020 Indonesia bebas sampah.

Sekarang, mari kita jalan-jalan ke luar negeri, sambil mengintip bagaimana warganya memerangi sampah.

  • Arab Saudi, Makkah 

Julukan Kota Suci yang disematkan bagi kota Makkah mungkin belum sebanding dengan keelokan wajahnya. Tumpukan sampah terlihat di berbagai tempat, khususnya di sentra-sentra kaki lima. Terutama pada sore hari usai para pedagang beraktivitas. Hal ini dapat dimaklumi karena momennya bertepatan dengan musim haji.

Sebelum saya ke Makkah, seorang teman yang telah duluan berhaji mengatakan, kalau sampah di Makkah itu tidak bau. Klaim tersebut adalah hoax dan lebay. Kentut nenek-nenek saja busuknya minta ampun apa lagi limbah yang bernama sampah.

Jamaah Haji (2008), makan dan ngemil di Muzdalifah. Dokumentasi Pribadi.
Jamaah Haji (2008), makan dan ngemil di Muzdalifah. Dokumentasi Pribadi.
Terparahnya di Mina, selesai ritual wukuf di Arafah sampai jamaah meninggalkan Mina. Di sini, semua jalan yang pernah saya lintasi, disesaki sampah organik dan non organik. Saking banyaknya, botol bekas mineral sampai nyangkut di langit-langit terowongan.

Kendati rambu-rambu imbauan agar membuang sampah pada tempatnya terpampang di banyak tempat, namun para jamaah tidak mematuhinya. Petugas kebersihan bekerja tak kenal lelah tapi belum sebanding dengan limbah yang diproduksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun