Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ini Alasannya Berpuasa Itu Ibarat Bini Bunting

9 Mei 2019   09:35 Diperbarui: 9 Mei 2019   16:20 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah kebun : Dokumen pribadi

"Orang berpuasa itu ibarat bini bunting. Enaknya tidur sepanjang siang, dibawa  bekerja juga okey."  Begitu jawab kakek ganteng suamiku, setiap dia dilarang ke kebun pada bulan puasa. 

Alasannya, kalau kurang bergerak badannya pegal-pegal, makan kurang enak, dan waktu terasa amat panjang. Semakin diprotes, jadi  sumber pertengkaran.  Daripada ribut, ya, terserah.  

Gantengku ini memang aneh. Di usianya mendekati kepala tujuh, dia masih senang berkebun. Semenjak pensiun mengajar tahun 2013, rutinitasnya dua kali seminggu   mengunjungi tanaman kesayangannya. Satu jam perjalan naik motor. Tetapi posisinya di pinggir jalan raya Sungai Penuh-Jambi.

Cowok ganteng siap berangkat ke kebun. Dokumen pribadi.
Cowok ganteng siap berangkat ke kebun. Dokumen pribadi.
Awalnya saya tidak terima dia pergi pagi pulang sore. Malu dilihat orang. Sudah bau tanah masih berusaha kaya anak muda.  Urusan kehidupan telah selesai. Anak-anak sudah bekerja dan bekeluarga semua. Ekonomi mereka lumayan cukup versi saya. Sesekali ngasih bapaknya.

Beberapa kali  saya dan si ganteng terlibat cekcok, gara-gara hobi berkebunnya dicegah. Akhirnya puteri saya angkat bicara, "Ya, udah. Biarkan aja. Daripada beliau main domino di Pasar Beringin. (tempat ngumpulnya kakek-kakek pensiunan). Sepanjang hari mukul meja, leher berkalung botol mineral kosong. Kayak orang senewen." 

Pohon karet (kiri). Cengkeh hasil panen (kanan). Dokumen pribadi.
Pohon karet (kiri). Cengkeh hasil panen (kanan). Dokumen pribadi.
Ya. Harus bagaimana lagi. Kadang-kadang tak enak juga dengan celotehan tetangga, "Udahlah, Pak, bekerja terus. Cari apa lagi. Ke masjid aja. Bla bla bla."

Dia menjawab, "Resep sehat dan panjang umur itu kerja, kerja, dan kerja. Orang tak pernah mati disebabkan kerja. Kecuali mengalami kecelakaan sedang beraktivitas. Justru karena bermalas-malasan manusia cepat mati. 

"Makanya saya kasih tau anak-anak  dan isteri, 'Kalau kalian menghalangi saya ke kebun, berarti merelakan saya cepat mati.' Yang penting shalat dan puasa saya tak pernah tinggal."

Jika tiga hari berturut-turut dia tidak ke kebun, bawaannya ngantuk melulu. Terlebih beberapa menit setelah makan. Efeknya, nanti malam berinsomnia raya. Berat badannya bertambah, perutnya gendut. Sampai sekarang, belum ada obat yang manjur untuk mengatasinya. Selain bekerja. Minimal bersih-bersih di pekarangan.

Cowok ganteng berendam kaki di anak sungai yang mengalir di sisi area sebelah timur (kiri). Cucu bersantai melihat kakek membakar sampah di kebun. Dokumen pribadi..
Cowok ganteng berendam kaki di anak sungai yang mengalir di sisi area sebelah timur (kiri). Cucu bersantai melihat kakek membakar sampah di kebun. Dokumen pribadi..
Bulan puasa, malah banyak tidur dibanding bangunnya. Habis taraweh  tidur. Setelah sahur tidur, sesudah subuh tidur, bangunnya jam sembilan. Usai Dzuhur  tidur lagi.

Gantengku  mengaku, baginya berkebun tidak hanya sekadar mengisi waktu dan mencari keringat. Lebih dari itu, sebagai hiburan. "Secapek apapun tubuh saya, melihat tanaman hati saya adem dan damai. Dua hari tidak menjenguknya, saya rindu," katanya.

Menyelusuri keturunannya, almarhum ayahanda beliau petani tulen dan pekerja keras. Pernah jaya awal tahun 60-an karena hasil tani. Saat itu cengkeh sedang mengalami puncak keemasan. Buahnya lebat, harganya mahal.

Cowok ganteng menggoreskaret (kiri). Ditemani Brend anjing kesayangan, mundar-mandir di tengah kebun, sekalian mengecek dan membelai belai tanaman. (kanan). Dokumen pribadi.
Cowok ganteng menggoreskaret (kiri). Ditemani Brend anjing kesayangan, mundar-mandir di tengah kebun, sekalian mengecek dan membelai belai tanaman. (kanan). Dokumen pribadi.
Beda dengan bapaknya, dari muda kakek ganteng ini tak kuat bekerja. Urusan kebunnya diupah semua. Paling-paling memungut buah pinang dan kemiri yang rontok dari pokok, serta membersihkan tunas di pohon kopi.

Menggores karet, paling banyak 10 batang. Itu pun kapan maunya. Sekali seminggu atau sekali sebulan. Waktunya tak mesti pagi, siang pun jadi. 

Ketika ditanya, puasa  begini apa tak capek?

 "Berpuasa atau tidak sama saja. Yang penting tenaga tidak terlalu porsir. Kapan capek, tidur. Kamar ada, kasur stand by. Saya bukan memburuh,  bukan cari duit."  jawabnya.

Musim libur sekolah, ngajak cucu ke kebun, mandi-mandi di sungai. Dokumen pribadi.
Musim libur sekolah, ngajak cucu ke kebun, mandi-mandi di sungai. Dokumen pribadi.
"Apapun jenis pekerjaannya,  jika dilakukan  dengan tulus, tak ada malasnya. Kecuali dipaksa-paksa. Ini hobi saya. Saya senang melakukannya.  Hobi awak nulis-nulis. Yo, silakan." Dia tersenyum sambil menyalakan motornya, terus pergi.

Setiap kali dia akan berangkat, saya mengantarnya ke pintu pagar. Sekalian berpesan klasik,  supaya hati-hati di jalan dan pulangnya jangan kesorean.

****

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun