Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begini Kelakuan Orangtua dan Siswa SD 124/III Cupak Era 70 dan 80-an

13 Februari 2019   21:10 Diperbarui: 14 Februari 2019   12:31 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ida Yusnita nomor 2 dari kiri. Dokpribadi
Ida Yusnita nomor 2 dari kiri. Dokpribadi
Seminggu yang lalu kejutan ke dua menyusul.  Tak jauh dari rumah saya terpampang APK foto dirinya berukuran besar. Ternyata  isteri Sekcam Danau Kerinci ini ikut berkompetisi merebut kursi Dewan Perwakilana Rakyat Daerah Kerinci tahun 2019, dari Partai Bulan Bintang. Saya ikut mendoakan agar dia lolos dalam pertarungan bergengsi  ini.

Usai acara, sebelum keluar dari Masjid  ketemu pula  Siti Nurjihan,  siswa terpintar di kelas pada awal delapan puluhan. Kalau menulis tulisannya lurus dan rapi. Saya penasaran bagaimana bisa murid kelas tiga tulisannya lurus dan rapi mengalahi kami gurunya. Rupanya  Siti punya kiat khusus. Sebelum menulis, dia memosisikan rol agak sedikit di atas garis permanen buku tulis. Kemudian rol itu ditahannya pakai tangan kiri, sementara tangan kanannya  meliuk-liuk mengatur gerakan pensil. Sisi atas penggaris berfungsi sebagai batas ukuran berdirinya huruf yang dia tulis.

Sangat disayangkan, gadis kuning langsat ini harus putus sekolah dikala kelas dua SMP. Lagi-lagi alasan menikah. Meski akhirnya dia berhasil meraih gelar sarjana S1. Wisudanya kejar-kejaran sama putri pertamanya si Neng. Saya salut semangatnya.

Siti Nurjihan (kiri) dan putri pertamanya. Dokumen Siti Nurjihan
Siti Nurjihan (kiri) dan putri pertamanya. Dokumen Siti Nurjihan
Kini nenek satu cucu ini aktif di Pendidikan Anak Usia Dini Tsurrayya Desa Cupak. Ketika ditanyakan apakah PUD asuhannya ini milik pribadi atau Desa? dia menjawab, "Awalnya saya buka sendiri dengan dana pribadi, Bu.  Sekarang sudah ada bantuan  dari Dinas pendidikan dan ADD."

Sampai di pinggir jalan raya, saya telah ditunggu oleh Nurhuda. Mantan siswa saya paling dimanja neneknya. Melebihi Nimasyani. Tidak hanya diantar ke sekolah setiap hari dan dikawal sampai jam pulang. Tiba di rumah tidak boleh keluar lagi.

Giliran pembagian kelompok belajar, anak-anak lain menolak bergabung dengannya.  "Bagaimana mau masuk kelompok, Bu.  Pulang sekolah dia dikurung dalam kamar," kata salah satu teman sekelasnya.

Nurhuda tidak membantah pernyataan temannya itu. Malah mengakui, kalau dia mau keluar rumah harus melompat dari jendela.

Nurhuda. Dokumen Sonya
Nurhuda. Dokumen Sonya
Neneknya sangat menyayangi  si cucu gara-gara trauma, tersebab putranya banyak yang meninggal. Di antaranya tanpa mengidap penyakit apapun. Jadi status Ibunda Nurhuda ini adalah anak tunggal.

Semasa kelas III SD Nurhuda dan satu adik cowoknya ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya merantau dan bekerja di Malaysia. Dia juga meried pada usia yang relatif muda. Yaitu kelas II SMA.  Kini isteri pemilik toko onderdil motor ini sudah punya satu cucu.

Alhamdulillah, kehidupan lima mantan murid yang saya kisahkan di atas, lumayan baik untuk ukuran desa. Rupanya menikah muda tidak selalu jelek. Mereka akan matang dengan sendirinya  sejalan dengan bertambahnya usia dan kedewasaannya berpikir. Namun harus diakui juga peran serta orangtua sangat dibutuhkan untuk memberikan bimbingan ke arah yang lebih baik.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun