Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Masyarakat Kampung Ini Tak Hirau Siapa Presiden, yang Penting Harga Sawit Naik

22 Januari 2019   22:39 Diperbarui: 22 Januari 2019   23:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun kelapa sawit di samping rumah penduduk Lopon. Dokumen pribadi.

Bagi perusahaan perkebunan pemilik modal seperti  PT  Incasi Raya,  berapa  pun harga sawit  tidak berdampak apa-apa. Sebab, mereka menjualnya dalam produk olahan, dan  bermain di pasar internasional. Yang terjepit petani level bawah,  yang menggantungkan suapnya  pada pohon sawit.  

"Tolong sampaikan kepada pemerintah, Bu. Minta dinaikkan harga sawit. Agar hidup kami sejahtera dan mampu menyekolahkan anak," kata salah seorang petani sawit Inderapura saat saya ajak berbincang seputar masalah persawitan. "Dulu pernah harganya jatuh ke Rp 500. Kami memilih tidak panen. Lebih baik membiarkan dia di pohonnya, kering dan rontok sendiri," tambahnya.

Saya hanya bisa tersenyum dan menjawab, "Okey."  Mungkin pria yang tak mau desebutkan namanya ini menganggap kompasianer seperti saya dapat menyuarakan kegundahan masyarakat  lapisan akar rumput seperti dirinya.

Bongkar muat sawit. Sumber Foto: httpptpn5.com
Bongkar muat sawit. Sumber Foto: httpptpn5.com
Iseng kepada dia  saya tanyakan masalah capres cawapres pilihannya. Bapak empat anak ini tak mau pusing dengan urusan capres. "Siapa pun presidennya kami nrimo. Habis, perkara perut anak isteri tetap di tangan kami. Yang penting negeri aman, petani makmur. Mau beli apa-apa harga stabil barang tersedia, bahan bakar lancar, beras murah terjangkau. Mau impor atau ekspor ya, terserah." Lelaki hitam manis itu mengakhiri pembicaraannya, terus pergi.

Beginilah potret kampung kecil Tanjung Batang Kapas dan Pasir Ganting Inderapura, dari zaman ke zaman. Berkat usaha semua pihak, masyarakatnya terbilang berhasil menikmati pembangunan di banyak aspek. Namun untuk menyejahterakan kehidupan pribadi dan kelompok, mereka terkendala oleh hal lain. Salah satunya, produk pertanian mereka belum dihargai dengan tarif yang wajar.

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun