Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meraih Cinta dan Kesuksesan Berawal dari Patungan Dua Puluh Ribu

16 November 2018   21:11 Diperbarui: 20 November 2018   10:36 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah punya anak satu,  pengagum berat Ustadz Abdul Somad ini bekerja di telekomsel  Kota Sungai Penuh. Agar tidak bolak balik dari dusun ke kota. Anak isteri dan usaha warungnya ikut diboyong. Numpang pada sepetak lapak, pojok rumah mertuanya. Dikelola oleh isteri tercinta sekalian ngasuh anak.

Setahun kemudian dia mengundurkan diri. Dari tabungan dan modal pengalamannya menjadi karyawan itu dia melebarkan sayap usahanya.  Ngontrak ruko di depan SMA 1 sampai sekarang. Di sini dagangan dan usahanya  lebih beragam. Selain menjual  HP dan pernak-perniknya,  distributor pulsa, diselingi pula dengan rental komputer, Agen pembayaran listrik, PDAM, dan BPJS.

Proses pembuatan sandwich (kiri atas dan bawah), Bakso bakar (kanan). Dokumen pribadi.
Proses pembuatan sandwich (kiri atas dan bawah), Bakso bakar (kanan). Dokumen pribadi.
Saat ini, kretivitasnya dalam berusaha semakin menonjol. Dia tidak semata-mata mengandalkan penghasilan dari satu pintu saja.  Emperan depan tokonya dia sulap menjadi tempat berjualan jajanan serbabakar. Ada  Sandwich, bakso bakar, sosis bakar, tahu bakar, jagung bakar dan pisang bakapik.  (dijepit : Minang). Setelah pisang dibakar, ditekan menggunakan dua lembar papan kecil khusus. Terus dibubuhi luo (inti) dan susu kental. Ilmu masak- memasak tersebut dipelajarinya dari internet.

Proses pembuatan pisang bakapik. Dokumen pribadi.
Proses pembuatan pisang bakapik. Dokumen pribadi.
Lokasi  jualannya strategis. Sayangnya siswa SMA tidak diperkenankan berbelanja makanan di luar. Efeknya, jam rame pengunjung gerobaknya sebelum bel masuk dan saat siswa keluar untuk pulang.  Selepas itu, pelanggannya para guru SMA dan masyarakat umum. "Tapi alhamdulillah, gawean panggang-memanggang ini mampu menutupi kebutuhan perut kami sekeluarga, Bu," akunya.

Tidak hanya itu, pria anti pinjaman bank ini juga seorang youtuber, "Lumayan, sekali tiga bulan terbantu sewa listrik dan air. Agar paket data dibeli tidak hanya disedekahkan pada Mark  Zuckerberg," selorohnya.

Maria juga senang gonta ganti kendaraan. Beli motor bekas, dipakai. Kalau cocok lawan dan sedikit untung, dilego,  beli lagi yang lain. Dan isterinya Yuli, jika ada pesanan teman atau tetangganya dia berjualan barang online.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
"Apa tak minat jadi PNS?"

"Pasti, Bu. Kalau lulus murni. Nyogok? mohon ampun. Dosa nyogoknya, dosa makan duitnya dikasih ke anak isteri dan emak ayah.  Kesuksesan hidup tidak harus diukur dengan setiap hari bekerja pakai baju dinas."

Saya mengamini. Dibandingkan dengan teman sebayanya yang bekerja sebagai PNS, pasangan sarjana Pendidikan Agama Islam ini cukup sukses. Terlebih bila diingat sejarah patungan modal Rp 20.000. Kini mampu beli sedan Hyundai Accent bekas tapi kondisi bagus dan sanggup bayar kontrakan. Padahal anak pertamanya baru kelas satu SD.

Saat saya tanyakan Visi ke depannya apa? Maria menjawab. "Tidak mulus-mulus, Bu. Jangka pendek, pengen punya ruko sendiri. Biar tidak ngontrak. Lebih jauhnya ingin menjadi bapak dan suami yang baik, mendidik anak menjadi saleh dan salihah." 

Terakhir Maria nitip pesan, jika ada yang berminat terhadap kuliner jualannya buat snack pada acara tertentu,   silakan diorder. Kalau membeli dalam jumlah banyak,  khusus kota Sungai Penuh dan sekitarnya siap  diantar ke alamat. 

Semoga banyak anak muda ketularan semangatmu ananda Mahria Agustia. 

 ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun