Tiada seorang pun menghendaki perceraian dalam perkawinan. Tak ada pula yang mau hidup menduda atau menjanda. Tatkala takdir telah menjadi nyata, kekuatan mana yang mampu menepis.Â
Ikatan perkawinan tak selamanya putus tersebab pertengkaran. Tetapi dipisahkan oleh maut. Dalam hal ini biasanya yang paling kecewa adalah kaum hawa. Masa pemulihannya pun relatif lama. Kalau kurang-kurang iman, seperti api di dalam sekam. Perlahan tapi pasti membuatnya merana sepanjang masa.
Beda dengan kaum adam. Sedihnya sebulan dua bulan. Menangisnya pun nangaih jaheang (bahasa Kerinci). Artinya menangis jarang = Menangis sambil menutup muka dengan jemari merenggang, "Siapa ya. Yang pantas jadi pengganti?" (guyonan).
Selepas berkabung, mereka mulai berfikir, ke mana perahu kehidupan akan berlabuh lagi. Tak heran, tanah kuburan isterinya belum ditumbuhi rumput dia sudah mendapat bini baru. Maaf, bukan bermaksud mengecilkan arti kasih sayang suami terhadap isteri. Karena fitrah laki-laki itu cepat move on.
Menikah bukanlah suatu dosa. Bahkan agama sangat menganjurkan. Asalkan sesuai dengan ketentuan. Karena manusia diciptakanNya berpasang-pasangn. Agar tercipta rasa kasih sayang. Namun, cepat-cepat mencari pengganti setelah ditinggal mati pasangan itu masalah lain. Masing-masing individu mempunyai perspektif yang berbeda. Kecuali tidak punya anak.Â
Tradisi di suatu daerah, kapan isteri telah meninggal kisahnya seumpama petani kebakaran kebun. Tanaman hangus, pondoknya terpanggang. Artinya, bapaknya pergi anak pun hilang. Suami segera banting stir, keluar rumah lalu menikah lagi.
Anak-anaknya yang masih kecil ditinggalkan begitu saja kepada mertua atau keluarga isteri. Mau makan atau tidak, mau sekolah ya, terserah. Puluhan tahun kemudian, anak tidak kenal bapak, bapak tak tahu anak.
Tuhan Maha Adil. Tidak sedikit bocah-bocah yang ditelantarkan ini setelah dewasa hidupanya berjaya. Sementara keturunan yang lahir dari rahim isteri muda nasibnya morat-marit. Otomatis hari tua si bapak kurang beruntung. Apa yang terjadi? Seperti lirik lagu Armada. Pulang malu, tak pulang rindu. Mendingan jika anak-anaknya tidak pendendam. Jika sebaliknya, Akan dikemanakan muka ayahanda tercinta?
Lain nekad pria beda pula mabuknya wanita. Jelita (bukan nama sebenarnya) wanita 40 tahun adalah isteri yang setia. Setahun lebih suaminya terbaring sakit, dia mendampinginya dengan penuh kasih sayang. Setiap hari update foto di facebook disertai status yang intinya mohon doa dari facebookers. Mohon doa buat kekasihku tercinta semoga diberikan kesembuhan oleh Yang Maha Kuasa.
Dukungan dan doa pun mengalir dari ratusan netizen.
Tanpa kompromi, ajal pun menjemput. Pria pujaan hatinya tadi meninggal dunia.