Di segi harga, nasi ampera  jelas lebih ramah kantong. Di tempat saya, salah satu rumah makan ampera cabang restoran Marantama, membandrol angka 13 ribu untuk satu porsi. Tapi yang sudah ngetop seperti Ampera Tanpa Nama, per ransumnya Rp  19.000. Sedapnya, sama-sama mak nyus.
Sementara makan dengan cara dihidangkan, tarifnya agak lebih mahal. Bisa juga amat mahal jika dibandingkan dengan harga ampera. Tergantung jumlah lauk yang dimakan. Katakanlah, di Kota Sungai Penuh, Kerinci, rata-rata Rumah Makan yang telah punya nama satu porsi nasi dengan sepotong lauk, ditambah sepiring kecil tambuhan (tambuah ciek), Rp 22.000. Kalau sambalnya dua atau tiga, dikenakan cost tambahan seharga dua atau tiga potong lauk.
Menelisik pengalaman mengunjungi rumah makan seperti yang saya paparkan di atas, saya bangga menjadi orang Indonesia. Dan lebih bangga lagi menjadi orang desa. Punya banyak duit, makan di restoran mahal. Kalau sedikit mampir saja ke ampera.
Malas masak? Sambal murah menjadi alternatif. Di lingkungan saya di kota Jambi, setiap hari tersedia lauk serba lima ribu. Ikan bakar, ikan goreng, asam padeh, sampai ayam goreng dan ayam bakar. Lokasinya bersih, jauh dari kebisingan dan debu kendaraan. Cita rasanya, tak kalah enak dengan masakan restoran umumnya. Mulai dibuka pukul 09.30. Jam 11.00, ludes. Makanya, apa-apa yang dijual disana semuanya masih hangat.
Ini baru di lingkaran Jambi dan Sumbar. Belum lagi di Pulau Jawa. Harga makanan malah jauh  lebih murah ketimbang di luar jawa.
Enaknya, seperti di tanah air di sana juga berlaku apa yang saya sebut hukum perkantongan. Berkantong tebal? Silakan ke restoran mewah. Berkantong kempes? Yang murah pun selalu standby.
Di City Centre Birmingham misalnya. Tersedia paketan murah chicken and chip 1,49. Sekitar Rp 30.000. Menunya, sekotak kentang, satu ayam plus segelas minuman. Paketan sedang nasi biryani, 11.99. Kurang lebih Rp 240.000. Terdiri dari 1 ayam, sekotak kecil nasi, dan segelas minuman. Ada pula yang namanya  peri-peri. Satu paketnya 17.99. Jika dirupiahkan, kira-kira 350.000. (nilai tukar Mei 2015).
Sebagai informasi tambahan, selama di Birmingham, saya tidak menemui warung kaki lima menjual makanan atau minuman seperti di Indonesia.Â
Nah, kurang bangga apa lagi kita terhadap Indonesia tanah air tercinta ini. Ayo! Mari serentak kita berucap, "Jayalah negeriku, Jayalah bangsaku. NKRI adalah harga mati." Salam  manis di Bulan September.
****
Simpang Empat Danau Kerinci, 10092018
Nenek 4R