Puncaknya, suatu hari tetangga depan rumahnya menyedekahkan jajanan. Anak dan isterinya menerima dengan wajah ceria, disertai ucapan terima kasih. Belum jauh penyumbangnya  beranjak pergi, dia membentak anak-anaknya, "Buang! Memangnya saya tak mampu memberi makan kalian?"
Semenjak itu sebagian ibu-ibu tetangga menghentikan aksi suka rela tersebut. Termasuk saya. Yang masih bermurah hati ingin berbagi,  harus menunggu momen yang tepat,  ketika ayah mereka  sedang pergi.
Tiga bulan kemudian, keluarga itu pindah tanpa pamit pada siapa-siapa. Kecuali sama pemilik kontrakan. Kepergiannya pun pada malam hari.
Dari kisah ini saya menyadari, tidak semua orang siap menerima ketulusan orang lain. Apakah demi gengsi  dan harga diri, tinggi hati atau memang dasarnya tak pandai bersosialisasi.  Wallahu 'alam bish shawab. Ibu-ibu tetangga juga harus koreksi diri. Khususnya saya pribadi. Mungkin sumber kekeliruannya berpangkal dari lingkungan kami.
****
Simpang Empat Danau Kerinci, 05092018
Nenek 4R
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H