Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Batandang, Gaya Pacaran yang Nyaris Punah dari Bumi Sakti Alam Kerinci

25 Mei 2018   23:47 Diperbarui: 10 Juni 2018   22:19 3770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana biasanya orang pacaran, hubungan mereka tidak selamanya mulus. Ada putus nyambungnya juga. Penyebabnya pun bemacam-macam. Mungkin karena masalah sepele, atau cemburuan karena diracuki orang ke tiga. Bagi pasangan yang dasar mata keranjang, tak jarang si cowok atau cewek pasang gandengan lebih dari satu. Sehingga selembar pakaian atau sarung digilirkan kepada beberapa gadis atau bujang berbeda. Jika demikian adanya, suasana bisa memanas.

Yang ingkar janjipun banyak. Alasannya bervariasi. Salah satu pihak tak dapat restu dari orangtua, sampai kompas cinta beralih mendadak. Sorenya sang gadis atau bujang mengenakan pakaian milik si doi. Besok tersiar kabar bahwa satu atau dua hari ke depan sang pujaan akan menikah dengan orang lain.

Kini fesyennya telah berubah. Budaya batandang di Bumi Sakti Alam Kerinci sudah tergerus dikikis zaman. Walaupun masih dipelihara, mungkin di daerah-daerah pelosok.

Kebebasan pergaulan seakan meledak. Laharnya merambat dari kota sampai ke pelosok desa. Dunia seperti tanpa batas. Sepasang muda-mudi tidak segan-segan berpelukan naik motor, foto selfie, dan bersantai enjoy di tempat-tempat umum.

Demikian paparan singkat dari daerah saya, tentang gaya pacaran anak muda zaman dahulu. Semoga inpiratif. Salam Ramadhan dan selamat berpuasa.

***

Simpang Empat Danau Kerinci, 25052018

Penulis,
Hj. Nursini Rais

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun