Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menikmati Masakan Tradisional Kalio Lokan, Mengundang Rindu kepada Emak

19 Mei 2018   22:14 Diperbarui: 19 Mei 2018   23:26 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbuka adalah salah satu rangkaian ibadah puasa yang datangnya paling ditunggu-tunggu. Seharian menahan lapar  dan haus membuat kerongkongan menjadi kering. Sebagai imbalannya, ada bunus pahala bagi orang berpuasa, yang menyegerakan berbuka apabila telah sampai waktunya. Seperti yang telah dikerjakan dan dianjurkan oleh Rasulullah.

Betapa indahnya momen berbuka bagi setiap anggota keluarga yang berpuasa. Terutama anak-anak yang baru berlatih melakukannya. Mereka akan lebih berbahagia jika orangtuanya menunjukkan respon positif  terhadap kemampuannya menjalankan perintah agama yang berat ini. Berikan pujian atas keberhasilan mereka  melawan godaan untuk makan dan minum sehari penuh.  Siapkan hiburan  dengan  menyediakan makanan pembuka untuk mereka santap setelah minum seteguk air. Pasti putra-putri Anda  ketagihan mengerjakan puasa. Bahkan bilang, "Puasanya cuman sebulan ya, Bu. Enaknya nambah lagi."

Semasa anak-anak saya masih kecil, sesibuk apapun urusan pekerjaan, saya tak pernah absen menyiapkan makanan kecil sebelum masuk waktu berbuka. Demikian juga masalah lauk. Saya berusaha memasak sambal yang paling mereka sukai. Enaknya, dua anak seleranya hampir sama.  

Begitu masuk waktu berbuka, mereka menyerbu ke meja makan. Setelah membaca doa, dilanjutkan menyantap makanan ringan dengan lahapnya. Habis Maghrib baru makan nasi bersama. Ketika itulah salah satu  puncak  kebahagiaan saya sebagai  seorang ibu yang tak dapat ditebus dengan uang.

Kini semuanya tinggal kenangan pelengkap cerita, tak akan mungkin terulang kembali. Tradisinya pun agak berbeda. Selama hidup berdua,  prioritas utama dalam keseharian kami adalah makan enak  meneurut selera. Terutama makan nasi dengan lauk yang cocok. Terlebih saat bulan puasa. Tak perlu yang mahal-mahal. Asal memenuhi  gizi kesehatan.

Bukan berarti  kudapan ringan ditiadakan. Itu juga suatu keharusan saat berbuka puasa. Terutama minuman. Khususnya yang bersifat alami. Seperti cendol kelapa muda, rujak manis timun, air tebu, dan kolak bikinan sendiri. Cemilan lainnya, sekadar saja.

Lokan dalam kondisi utuh (sebelum dibuka). Foto: Dokumen pribadi
Lokan dalam kondisi utuh (sebelum dibuka). Foto: Dokumen pribadi
Kebetulan, puasa ke dua saya ke Kota Sungai Penuh. Tak disangka-sangka bertemu pedagang lokan. Sejenis kerang air tawar hasil bumi asli kampung halaman saya. Dia menawarkan lokan kualitas super dan besar-besar. Langsung saya borong. Ini kesempatan langka, belum tentu bersua sekali lima tahun.

Semenjak beroperasinya perkebunan kelapa sawit milik salah satu perusahan terbesar di negeri ini, kualitas air sungai di kampung saya  terganggu. Akibatnya, populasi lokan semakin berkurang. Sekarang, ikon Inderapura ini mendekati kepunahan. Sebesar jempol pun dipungut dan dijual.

Isi lokan sebelum dimasak. Foto: Dokumen pribadi
Isi lokan sebelum dimasak. Foto: Dokumen pribadi
Tapi jangan risau! Bagi yang berminat berkunjung ke sana, dan ingin menikmati rendang lokan, masih tersedia. Cuma kecil-kecil. Jika kebetulan langkah baik, mungkin bertemu yang agak besar.

Eh, cerita sambernya hampir melenceng. Sampai di rumah, lokan tadi saya masak ala jadul.  Orang kampung menyebutnya gulai kalio. Ketika sedang memasak saya sempat khawatir. Ceritanya,  mengonsumsi lokan dapat meningkatkan kolesterol jahat dan hipertensi. Kalau makannya agak banyak bisa strooke.

Saya berpikir, dari kecil saya dan keluarga dibesarkan oleh lokan. Alhamdulillah mulai kakek nenek sampai ke anak cucu beliau, habis makan lokan kayaknya, aman-aman saja. Tapi saya tetap berwanti-wanti. Maklum usia mendekati tiga perempat abad. Strooke sekarang lebih kejam daripada strooke zaman dulu. Dia menyerang siapa saja yang mau berakrab dengan penyebabnya. Tak peduli apakah calon korbanya muda atau setengah tua. Sasaran empuknya adalah kaum  manula yang berselera makan liar dan membabi buta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun