Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nenek Alay dan Kakek Lebay

23 Desember 2017   15:12 Diperbarui: 23 Desember 2017   18:37 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Spontan Bapak tiga anak itu menyemprot. "Manusia, udah dibantu, bila telah berhasil semuanya sombong. Sekarang saya sudah bilang ke Ibu. Kalau ada tamu dari kampung, suruh nginap di hotel makan di restoran saja. Siapapun orangnya."

"Betul. Saya sudah jenuh dengan hal begitu. Semasa kami tinggal di Jakarta dulu, bapak saya adalah satu-satunya yang sabar menampung tamu dari mana-mana. Mulai dari numpang tidur, makan, berak sampai ke air mandi, beliau yang nanggung. Setelah kaya dan berkembang, eh ..., mereka pura-pura tidak kenal." Saya mengiyakan. Lantas berpikir, mungkin orang ini menduga saya akan numpang nginap.

Dua menit kemudian muncul pula si sulung dari beranda depan. Guratnya beda tipis setua saya. Tapi saya masih ingat dia.

"Siapa ini, Bu?"

Saya menyela, "Masak lupa. Kamu sering minta duit ke saya dulu."

"Itu, abang yang kerja di dok dulu," potong ibunya.

Bapak lima anak itu menatap saya, menyalami penuh akrab sembari tertawa.  "Oh ..., ya. Saya ingat," katanya. Dia melesat ke belakang. Disusul nyonya rumah.

Tak lama kemudian nenek bertubuh kurus itu  keluar membawa secangkir teh terus menghidangnya di meja. Si sulung menyusul dengan segelas susu panas untuk dia sendiri.

Obrolan berlanjut. Temanya berkisar tentang keberhasilan tiga putrinya di bidang karier dan materi. Saya melayani semau dia. Sehingga topik yang sudah tuntas dibahas  dia nyiyiri berulang-ulang. Sesekali  saya bertanya seputar kehidupan anak lelakinya tadi. Ternyata keduanya masih tinggal bersama orangtua. Yang satu memboyong isteri dan tiga anaknya,  si sulung raganya sendiri. Konon putra-putrinya (si sulung) sudah sarjana semua dan bekerja di kampung mamahnya tanah Jawa. 

"Sekarang kamu  kerja di mana?" tanya nenek tujuh puluh tahun tersebut ke saya.

"Selepas dari sini dulu, saya dan isteri  kuliah. Terus kami berdua ngajar di SMP. Sekarang dah pensiun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun