Hujan bulan Mei tetap bertahan layaknya semangat orang-orang yang tak bisa dikalahkan oleh waktu.Â
27 Mei 2023 bersama salah seorang  kawan saya yang menganggap dirinya adalah reinkarnasi dari tokoh pencetus sejarah berapa tahun silam, Adhar Sangaji nama lengkapnya dengan gagah ia menyebut dirinya sebagai Dar.  Tetapi semangat juangnya juga tak kalah besar dengan sosok pencetus sejarah ujarnya sambil terkekeh.Â
Pada sebuah petang yang jingga kami berlayar menggunakan kapal Fery dari Bastiong Ternate menuju ibu kota Provinsi di Sofifi. Selama perjalanan kami memesan secangkir kopi diatas Fery, sambil menyeruput kopi sedikit demi sedikit dibubuhi wacana kondisi ekologi Maluku Utara, cukup menambah energi untuk beberapa jam kedepan.
Pukul 20:00 WIT perjalanan dilanjutkan setelah turun dari kapal Fery, kami menjejal langkah dengan sepeda motor yang kami paksakan memiliki semangat sama halnya dengan kami.Â
Hujan masih malu-malu menampakkan wajah dengan lebat, kami terus berjalan menyusuri Halmahera. Dari literatur Halmahera menjadi pusat espisentrum peradaban Maluku Utara.Â
Seorang naturalis dari Inggris Alfred Russel Wallace, pernah datang ke daratan Halmahera untuk meneliti keanekaragaman hayati yang tersembunyi di surganya Halmahera. 8 Januari 1858 Wallace tiba di Ternate dan tidak menduga ia mendapatkan momen "Eureka" dari ide awal teori seleksi alam ketika sedang dilanda demam tinggi di Desa Dodinga, Halmahera.Â
Kemudian Wallace mengirim surat kepada Charles Darwin yang kita kenal dengan "The letter from Ternate" yang kemudian menjadi tonggak penting bagi Darwin menerbitkan bukunya Origin of Species pada 1859. Dari sinilah Darwin kemudian dikenal sebagai bapak evolusi.
Selang beberapa jam berjalan, kami terhenti di sebuah tugu yang betuliskan selamat datang di Desa Kosa Kecamatan Oba. Kami memutuskan untuk menginap di salah satu rumah kawan kami d isini sekedar merebahkan badan untuk lanjut perjalanan esok hari sementara pagi belum tampak.Â
Pada hari yang lain saat matahari mulai pecah kami bergegas mengumpulkan lagi semangat perjalanan menuju tempat tujuan. Memakan waktu kurang lebih 7 jam menelusuri terik panas dan jalan yang bergelombang layaknya janji manis pemerintah yang kadang naik kadang turun. Tibalah di Kampung Samo, Kecamatan Gane Barat Utara, Halmahera Selatan.
Suara sepeda motor kami terhenti disalah satu rumah warga, dari catatan sebelumnya hampir 90% masyarakat Kampung Samo sangat membuka diri untuk menyambut tamu atau orang diluar warga asli Samo.Â
Lalu, dengan wajah yang lesu kami disilahkan masuk di rumah seorang perempuan paruh baya bernama Enang, orang-orang memanggilnya nene enang. Suara ketukan pintu tidak kunjung berhenti, silih berganti beberapa warga berdatangan sekedar silaturahmi. Sementara di luar hujan bulan Mei tidak juga kunjung reda.