Mohon tunggu...
Nursifa Fajriah
Nursifa Fajriah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa kelas XII MIPA 3 SMA NEGERI 1 WALED

Saya seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Depresiasi Diri dalam Puisi "7 Alasan Mencela Diriku" karya Kahlil Gibran

7 Maret 2024   07:04 Diperbarui: 7 Maret 2024   07:11 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kahlil Gibran adalah seorang seniman, penyair, dan penulis Lebanon-Amerika. Salah satu karyanya yang sangat tenar adalah sebuah buku yang berjudul The Prophet.

Sebagai manusia yang melewati berbagai macam perjalanan kehidupan, tentu harus dibarengi dengan keyakinan pada diri sendiri, percaya pada diri sendiri, dan mencintai dirinya sendiri. Ketika kita tidak bisa menerima diri sendiri, tentu kita sering kurang percaya diri, sering menghina diri sendiri, dan selalu menyalahkan diri sendiri.

Depresiasi diri adalah sikap meremehkan diri sendiri dengan pernyataan yang diselipkan candaan. 

Bagaimana kita mengetahui contoh dari depresiasi diri seperti apa?, mungkin ini yang membuat Kahlil Gibran dalam puisinya yaitu"7 Alasan Mencela Diriku". menggambarkan bagaimana contoh sikap depresiasi diri, supaya orang-orang mengetahui dengan perbuatannya yang tidak bisa menerima diri sendiri itu, dan supaya orang-orang berhenti dengan perbuatannya.

"Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku,

pertama kali ketika aku melihatnya lemah,

padahal seharusnya ia bisa kuat."

Pada bait pertama dalam puisi 7 alasan mencela diriku, penulis menggambarkan bagaimana ketika diri kita lemah, malah menyalahkan diri sendiri, bukan memberikan kata-kata penyemangat untuk menjadi lebih kuat. Penulis mengajak kita untuk merenungi bagaimana perbuatan kita selama ini pada diri sendiri.

Terkadang seringnya menormalisasikan perbuatan apa yang kita lakukan, membuat kita sulit menerima atau berfikir bahwa kita melakukan kesalahan. Sebagai mana yang digambarkan pada bait selanjutnya.

"Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan dan coba menghibur diri

dengan mengatakan bahwa semua orang juga melakukan kesalahan".

Pada bait keempat ini, penulis menggambarkan bahwa ketika diri sendiri melakukan kesalahan, mencoba tidak dipikirkan dan malah beranggapan bahwa orang lain juga melakukan kesalahan bukan hanya  dirinya sendiri.

Kepura-puraan sebagai landasan menghibur diri sendiri, entah berapa banya topeng yang menutupi perbuatan atau yang lainnya. 

Pada bait selanjutnya, penulis menggambarkan bagaimana diri sendiri lah yang tau, berapa banyak topeng yang dipakai, untuk menutupi segala hal.

"Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk

padahal ia tahu, bahawa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia pakai".

Puisi selain menjadi karya sastra, didalamnya bisa memberikan kita gambaran, renungan, keinginan, perasaan/suasana hati, puisi juga mengajarkan kita bahwa kata yang singkat memiliki makna yang luas. 

Melalui puisi ini, depresiasi diri bukanlah hal yang baik,ingin dianggap rendah hati dengan merendahkan diri sendiri bukanlah hal yang patut dicontoh. Terlalu sering berpura-pura dengan diri sendiri. Kepura-puraan dengan menutup kesedihan dengan senyuman, kata "gapapa" untuk menutupi ketika kita sedang tidak baik-baik saja, dan kekurangan yang dianggap candaan untuk menutupi rasa sakit. Terlalu memaksa untuk menjadi sempurna. membenci dan menghina diri sendiri, itu bukanlah hal yang baik. Sewajarnya saja, coba untuk lebih mencintai diri sendiri dan berdamai dengan diri sendiri, maka kamu tidak akan terpikirkan lagi untuk membenci dan menghina diri kamu sendiri, tidak ada lagi yang namanya depresiasi diri. Bukankah yang selalu ada dengan berbagai kondisi yang kamu lalu adalah diri kamu sendiri?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun