Hamparan itu masih sama
Sebelah bukit dan lebat rumputnya
Dua gawang besi berhadapan
Sejumput karat dan lumut berlaku riasan
Empat bangku biru di dua sisi
Melapuk melesu kesepian
Kuberdansa selagi bernostalgia
Dengan lapangan yang kini kosong
Memori lawasku terkeruk
Pukul empat sore tiap harinya
Tatkala bumantara memerah
Tiba gerombolan kami berkayuh sepeda
Satu anak memeluk bola putih
Lainnya membuntuti riang
"Ayo bagi regu", tutur salah satu
Enam dengan enam yang beradu
Berlari berpeluh dikawan anila
Sedang yang lain duduk bersorak
Lapangan itu ialah saksi
Pemisah pula pemersatu kami
Tiada konfrontasi yang selamanya
Esok kembali bermain bersama
Bahana tawa yang pernah menggema
Kini cukup berkumandang di benak
Terkesan bisu nan sepi kini
Lapangan ini berkisah selaksa
Lapangan kosong dan ceritanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H