“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia...” (QS Al-Qasas: 77)
Pandangan ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengharamkan kenikmatan dunia, tetapi menekankan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai dengan menggabungkan kesenangan dunia dengan tujuan akhirat.
Kritik Islam terhadap Hedonisme
Hedonisme, yang berakar pada filosofi kenikmatan sebagai tujuan hidup, bertentangan dengan nilai-nilai Islam jika diterapkan secara berlebihan. Islam mengajarkan bahwa kenikmatan duniawi adalah nikmat yang harus disyukuri, tetapi tidak boleh menjadi obsesi. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memperingatkan tentang bahaya sikap berlebihan (israf):
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا ٢٦ اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا ٢٧…..
“...dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan...” (QS Al-Isra: 26-27)
Hedonisme yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang lupa akan tanggung jawabnya kepada Allah dan masyarakat. Budaya konsumtif, misalnya, sering kali memicu ketidakpuasan karena kebahagiaan yang dicari melalui materi bersifat sementara. Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَاب
“Jika anak Adam memiliki satu lembah emas, ia akan menginginkan dua lembah. Tidak ada yang dapat memenuhi (keserakahan) perut anak Adam selain tanah...” (HR Bukhari dan Muslim)
Dampak negatif lain dari hedonisme adalah kehampaan spiritual. Ketika kebahagiaan hanya didasarkan pada kenikmatan duniawi, manusia cenderung kehilangan makna hidup yang lebih dalam. Dalam Islam, kenikmatan dunia harus digunakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebagai tujuan akhir.
Islam dan Prinsip Minimalisme