Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

"Almarhum" versus "Allahyarham"

19 Maret 2022   04:35 Diperbarui: 25 Maret 2022   11:41 18117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai bahasa serumpun, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu (khususnya bahasa Melayu Malaysia) banyak berbagi hal yang sama, dan juga menyerap dari bahasa asing yang sama. Salah satunya bahasa Arab.

Contohnya, kata "istirahat" yang diserap bahasa Indonesia dari kata bahasa Arab "istirohah". 

Sementara dari kata "rohah" dalam bahasa Arab, yang serumpun dan dalam pengertian yang sama dengan "istirohah", bahasa Melayu Malaysia menyerapnya menjadi "rehat".

Belakangan kata "rehat" dari bahasa Melayu Malaysia akhirnya masuk juga ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) setelah di era 90-an harian "Republika" aktif mem(p)opulerkannya, antara lain lewat nama rubrik di harian besar tersebut.

Contoh lain, "almarhum" dan "almarhumah" untuk orang yang wafat (lelaki dan perempuan) (misalnya, almarhum Fulan dan almarhumah Fulanah) yang diserap bahasa Indonesia dari Bahasa Arab yang bermakna "yang dikasihi atau yang dirahmati Allah" (bentuk kata benda atau nomina).

Sementara ada varian lain, yakni "allahyarham" (bentuk kata kerja atau verba) yang berarti "Allah mengasihi atau Allah merahmati", yang diserap dan lazim digunakan dalam bahasa Melayu Malaysia untuk menyebut orang Muslim yang wafat. Misalnya, Allahyarham Ghofar Baba, mantan politisi papan atas negara jiran tersebut.

Belakangan istilah "allahyarham" juga populer dalam bahasa Indonesia. 

Awalnya istilah itu digunakan untuk membedakan jika yang wafat adalah seorang ulama atau yang berilmu tinggi atau berakhlak mulia di kalangan umat Islam.

Salah satu tokoh besar Indonesia yang pertama kali disebut dengan sebutan "allahyarham" saat wafatnya adalah Kyai Haji Mohammad Natsir, mantan perdana menteri Indonesia dan Bapak NKRI (lewat Mosi Integral Natsir yang mengembalikan bentuk negara menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Republik Indonesia Serikat yang berbentuk federal di era 50-an). 

Hingga kini, kendati belum masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "allahyarham" mulai lazim juga digunakan dalam bahasa Indonesia untuk setiap Muslim atau Muslimah yang meninggal dunia.

Tampaknya istilah "allahyarham" mulai digunakan salah satunya untuk lebih membedakan antara jenazah Muslim dan non-Muslim. 

Karena istilah "almarhum" dan "almarhumah" yang awalnya khusus untuk Muslim saat ini mulai banyak juga digunakan untuk jenazah non-Muslim yang semula disebut "mendiang", suatu sebutan yang lebih bersifat umum.

Jakarta, 19 Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun