Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Karena Zelensky Yahudi, Ukraina Tidak Perlu Dibela?

17 Maret 2022   21:06 Diperbarui: 17 Maret 2022   23:01 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vladimir Putin versus Volodimir Zelensky/kompas.com

Saat ini dunia dipanaskan dengan serangan militer Rusia ke Ukraina. 

Bukan saja menghebohkan publik internasional, konflik Rusia versus Ukraina itu ternyata juga membelah warganet di Indonesia, terutama yang beragama Islam atau Muslim.

Sebagian warganet Muslim ada yang membela Rusia dan sangat pro-Putin hanya karena Volodimir Zelensky (presiden Ukraina yang mantan komedian) berdarah Yahudi. Alhasil, Ukraina tidak perlu dibela karena mereka Yahudi, demikian narasi yang bergaung di media sosial.

Bagaimanapun, jangan karena presiden Ukraina seorang Yahudi, maka agresi Rusia lantas dapat dibenarkan. Karena Mukaddimah konstitusi Republik Indonesia (UUD 1945) jelas menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak semua bangsa di dunia, dan penjajahan di muka bumi harus dihapuskan. Dan itu berlaku sama dan universal baik terhadap agresi Rusia ke Ukraina maupun terhadap penjajahan Zionis Israel atas Palestina yang sudah berlamgsung selama 75 tahun.

Persoalan ketidaksamaan perlakuan Barat terhadap agresi Rusia ke Ukraina dibandingkan terhadap penjajahan Zionis Israel atas Palestina adalah persoalan tragedi kemanusiaan yang patut ditentang keras. Namun penentangan keras itu tidak berarti diwujudkan dengan bersuka ria mendukung Vladimir Putin yang mengagresi Ukraina.

Kenapa?

Sebab ada aspek-aspek lain yang perlu ditelaah dan ditelisik dalam konteks "keadilan berpikir sejak dalam pikiran", sekadar mengutip ungkapan dari mendiang Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis legendaris Indonesia.

Aspek solidaritas, salah satunya.

Beberapa hari lalu saya mendapat kabar dari LinkedIn bahwa sebuah webinar penerjemahan internasional yang berbasis di Eropa dibatalkan karena alasan solidaritas pada rakyat Ukraina yang menderita akibat invasi atau agresi Rusia.

Andai solidaritas negara-negara Islam dan Muslim, terutama negara-negara Arab, sekuat itu untuk Palestina yang dijajah Israel sejak 75 tahun lalu, mungkin kini, sebagai Muslim, kita tidak perlu memusingkan ketimpangan perhatian media Barat terhadap Palestina dibandingkan dukungan masif mereka untuk Ukraina yang notabene seagama, sebudaya dan terletak di wilayah yang sama dengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun