Konon, menurut cerita Mpok Manik, ia mulai terkena latah setelah bermimpi melihat puluhan alat kelamin laki-laki merubungi dirinya hingga ia menjerit-jerit ketakutan. Beberapa perempuan penderita latah yang aku kenal juga konon bermimpi hal yang sama.Â
Entahlah bagaimana sang pakar psiko-analisa Sigmund Freud menafsirkannya, jika ia berumur panjang.
Nah, di lain waktu, ada perayaan tujuh belasan di lingkunganku.Â
Perayaan yang meriah sampai jalan utama kampung ditutup sementara dan disulap jadi arena perlombaan.Â
Warga berduyun-duyun keluar rumah dan berkumpul menikmati kegembiraan sehari dalam ultah kemerdekaan republik ini. Termasuk juga Mpok Manik.Â
Saat itu Mpok Manik berdiri di samping MC (Master of Ceremony) yang memandu acara perlombaan.Â
Sang MC, Eda namanya. Aida Mustafa, nama lengkapnya. Konon bapak tetanggaku ini dulu tergila-gila dengan sang aktris cantik Aida Mustafa yang populer di era 1970-an.
"Sekarang kita istirahat dulu," ujar Eda. "Sebelum memulai lomba berikutnya, kami persilakan panitia bersiap-siap. Dan diselingi dengan pembacaan puisi."
Wah, nyastra juga, pikirku sebagai penonton.Â
Saat itu cukuplah aku jadi penonton.Â
Toh, dulu semasa kecil aku sempat menikmati menjadi juara lomba membawa kelereng dalam sendok dan juara lari maraton dalam perayaan tujuh belasan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!