Keikhlasan melayani atau memberi terhadap kebutuhan konsumen justru akan menimbulkan market demand (permintaan pasar) dalam bentuk repeat order (order atau pesanan yang berulang). Dan kelimpahan materi secara sosial dan finansial adalah efek sampingnya. Inilah sisi lain yang kerap diabaikan para penulis yang bermotivasi menulis semata-mata karena materi.
Jadi, menulislah tanpa beban, ujar Kuntowijoyo, salah seorang sastrawan favorit saya, dan hanya ada tiga cara untuk menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis dan menulis.Â
Maka, Sobat, menulislah seikhlas engkau buang hajat atau meludah.
 Toh Joanne Rowling (J.K. Rowling) yang awalnya seorang janda dan guru miskin di Inggris pun tidak pernah bermimpi jika Harry Potter akan mendunia dan mendatangkan pundi-pundi dolar baginya. Padahal semula ia yang memang senang menulis hanya ingin menuliskan khayalan masa kecilnya.Â
Inilah yang diistilahkan oleh almarhum K.H. Abdullah Syafi'i, seorang ulama kharismatik Betawi di era 80-an sebagai "nanem padi rumput ngikut; nanem rumput padi luput."Â
Tujuan besar yang lebih dari "sekadar" materi akan menuntun kita pada tujuan sampingan seperti materi dan popularitas.
Kutipan perkataan John Gardner di awal tulisan ini pun sebenarnya tidak terhenti di situ saja. Ada kalimat pamungkas yang menjadi kuncinya, yakni, "Walaupun demikian, dalam sekolah bisnis, optimismelah yang selalu berjaya."Â
Ya, optimisme, selain motivasi, yang juga membedakan ketangguhan seseorang, termasuk seorang penulis.Â
Bukankah gagal itu biasa dan bangkit dari kegagalan itu baru luar biasa?