Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulislah Seikhlas Buang Hajat

29 Maret 2021   05:15 Diperbarui: 29 Maret 2021   05:24 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dr. Kuntowijoyo, sastrawan dan sejarahwan Indonesia/Foto: tirto.id

Dalam bukunya yang lain, The Art of Fiction (1983), John Gardner mengatakan,"Kebanyakan orang yang saya ketahui ingin menjadi pengarang, dengan mengetahui apa artinya hal itu, akhirnya menjadi pengarang. Hal yang perlu dimiliki oleh para pengarang pemula adalah memahami dengan jelas apa yang sebenarnya mereka inginkan dan apa yang harus mereka lakukan untuk bisa menjadi orang yang mereka inginkan itu."

Helvy Tiana Rosa (kiri) bersama ibunda (Maria Eri Susianti) dan sang adik (Asma Nadia) yang juga penulis/Foto: sastrahelvy.com
Helvy Tiana Rosa (kiri) bersama ibunda (Maria Eri Susianti) dan sang adik (Asma Nadia) yang juga penulis/Foto: sastrahelvy.com

Menulislah, pesan Helvy Tiana Rosa (HTR), sastrawan angkatan 2000 versi Korie Layun Rampan dan peraih penghargaan Adikarya IKAPI sekaligus pendiri Forum Lingkar Pena (FLP), karena selain baik bagi kesehatan mental dan menghasilkan uang, menulis juga memungkinkan kita saling memperkaya ide, berbagi rasa dan pengalaman serta mengeksplorasi langit imajinasi tanpa batas.

Lalu, salahkah jika kita ingin menulis semata-mata karena uang? 

Bukankah William Shakespeare juga mulai menulis karena keterpepetan ekonomi? 

Sah-sah saja tentunya. Namun sudah siapkah kita dengan segudang kesabaran dan kekuatan hati atas segala penolakan terhadap karya kita? 

Umumnya seiring ekspektasi berlebih, karena memang terkait dengan kebutuhan perut, penolakan pun kadang berlebih sesuai kadar ekspektasi tersebut.

Kawan-kawan penulis, yang banyak saya temui, yang termotivasi menulis semata-mata karena materi umumnya banyak yang mutung, tidak lagi menulis setelah berbagai penolakan. 

Jika tidak, mereka meracau merutuki nasib atau bahkan menyalahkan orang lain terutama penerbit dan media. Mereka sibuk menuding kesana-kemari kecuali kepada diri sendiri. 

Mereka lupa, sebagaimana wejangan Eka Budianta, sang penyair Nusantara seangkatan Rendra, bahwa menulis adalah memberi.

Dalam logika bisnis yang terkadang turut mengikat aktivitas menulis, menjual, termasuk 'menjual' tulisan, adalah melayani dan memberi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun