Sebut saja novel Uncle Tom's Cabin buah karya Harriet Beecher Stowe (1852) yang menginspirasi semangat perubahan terhadap perlakuan rasialis kaum kulit putih terhadap kulit hitam atau berwarna di Amerika Serikat.
Nah, seperti halnya karya-karya besar terdahulu, Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi, terlepas dari apa pun penilaiannya, mengandung ruh tulisan yang kuat yang mampu menyentuh hati dan menggerakkan pembacanya.Â
Sesuatu yang datang dari hati niscaya sampai ke hati.
Ruh, jiwa atau soul sebuah tulisan adalah hasil internalisasi visi, emosi, dedikasi, pengalaman, logika, wawasan, elan vital (semangat) kontemplasi dan keterampilan teknis seorang penulis.Â
Porsi keterampilan teknis barangkali hanya sekian persen. Karena unsur-unsur lain yang lebih condong mengetuk perasaan atau kalbu justru bisa jadi lebih dominan.
Di samping juga kedua novel tersebut memenuhi syarat-syarat ketertarikan pembaca dengan sebuah tulisan: novelty (kebaruan, misalnya tema yang baru dan berbeda dari mainstream), similarity (kemiripan dengan keseharian hidup mayoritas pembaca), dan visionary (memiliki pandangan jauh ke depan).
Sesungguhnya ruh sebuah tulisan adalah virus yang menular.Â
Ia seperti energi, dalam hukum Kekekalan Energi Newton, yang tidak dapat musnah namun berubah bentuk.Â
Energi dari sebuah tulisan karena pancaran energi cita-cita atau semangat sang penulis yang terejawantahkan melalui kata sampailah ke pembaca dalam bentuk inspirasi.Â
Terciptalah keajaiban-keajaiban di kala itu.Â
Sebut saja antara lain histeria gadis-gadis muda untuk berfoto bersama Kang Abik (panggilan populer Habiburrahman El- Shirazy) dan berbagai testimoni tentang peningkatan iman para pembaca Muslim.Â