Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Berhentilah Menuntut Ilmu

23 Januari 2021   05:51 Diperbarui: 23 Januari 2021   05:54 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest.com

Karena pada akhirnya bahasa bukanlah mesin atau rumus eksakta yang sepenuhnya berjalan dengan mekanisme mekanistik atau alur logika sistematis. Sejatinya ia hadir dengan wujud keberadaan dan keindahannya sendiri. Toh, tidak selalu yang tidak logis itu tidak indah. Dan juga tidak selalu keindahan itu senantiasa harus selaras dengan logika.

Nah, dalam rangka memahami keberadaan dan keindahan suatu ungkapan, termasuk frasa "menuntut ilmu", saya mencoba menyigi frasa tersebut.

Dari segi asal-usul kata alias etimologi, nampaknya frasa "menuntut ilmu" amat kental dipengaruhi oleh bahasa Arab, yang memang banyak mempengaruhi pembentukan kata dalam bahasa Indonesia modern yang bersumber dari rumpun bahasa Melayu. 

Remy Sylado, budayawan Indonesia yang juga poliglot, dalam buku 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing (Gramedia, Jakarta, 2003), menyebut bahwa kita sebagai pengguna bahasa Indonesia berutang kepada bahasa Arab, karena amatlah banyak kata dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab. Sedemikian banyaknya, sehingga kita tidak dapat membilangnya satu per satu, menurut Remy Sylado, yang menggunakan nama pena Alif Danya Munsyi dalam buku bernas tersebut.

"...Jika kita baca sebuah kamus bahasa Indonesia yang lengkap, niscaya dalam setiap lembar halaman, mulai dari a sampai z, akan kita dapati di situ sekurangnya lima kata serapan dari bahasa Arab," demikian catatan dari Remy Sylado pada hal. 27 dari buku tersebut dalam bab Arab Bawa Adab.

Dalam bahasa Arab, kata untuk "menuntut" adalah tholaba. Atau dalam shorof (tata bahasa Arab) dengan fi'il madhi (past tense), fi'il mudhori' (present continuous tense) dan fi'il 'amr (instruction), tholaba-yathlubu-uthlub (menuntut-tengah menuntut-tuntutlah).

Kata tholaba ini bermakna "meminta" atau "menuntut". Juga digunakan dalam pengertian "belajar". 

Dalam bahasa Arab, para pelajar atau mahasiswa disebut tholib atau thalibun. 

Itulah kenapa gerakan dakwah salafi di Afghanistan yang bertujuan mengembalikan kejayaan Islam di Afghanistan dengan model Islam Salafi (yang sering disalahpahami dengan menyebutnya Wahabi) disebut Taliban atau Thaliban. Gerakan tersebut didirikan dan berbasis di lembaga pendidikan di Pakistan, negara jiran Afghanistan yang juga negara tujuan utama pengungsi Afghanistan. 

Demikian juga sebagian besar penggerak dan pendukung Gerakan Taliban adalah kalangan pelajar atau mahasiswa (tholiban) asal Afghanistan yang belajar di madrasah atau perguruan tinggi Islam di Pakistan, dan termasuk membangun basis kekuatan di kawasan perbatasan Pakistan-Afganistan.

Para aktivis dan kombatan Taliban sebagian besar adalah anak-anak Afghanistan yang lahir dan besar di barak-barak pengungsian di Pakistan karena keluarga mereka terusir dari tanah kelahirannya sejak invasi Uni Soviet (sekarang Rusia) ke bumi Afghanistan pada tahun 1970-an. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun