Sebetulnya itu deretan isu lama karena sejak era 90-an, sudah beredar. Dalam konteks zaman itu, saya melihat isu-isu tersebut lebih sebagai dampak pertarungan bisnis antara para peternak ayam kampung yang mulai khawatir dengan kehadiran ayam ras atau ayam broiler yang masif dan agresif di meja-meja makan warga.
Jika 30 tahun kemudian isu itu bereinkarnasi, mungkin karena pengaruh faktor gaya hidup (life style) kalangan menengah ke atas bangsa ini yang fokus pada isu kesehatan dan kebugaran tubuh yang berjalin berkelindan dengan tren green economy (ekonomi hijau) yang merupakan tren global. Bagaimanapun, manusia adalah produk zamannya.
Yang jadi problem adalah menurunnya tingkat konsumsi ayam dan telur, di saat pandemi seperti ini, justru akan menurunkan kekebalan atau imunitas tubuh.
Padahal ayam dan telur merupakan sumber protein hewani yang relatif lebih mudah diperoleh dan penting untuk meningkatkan imunitas tubuh. Telur dan daging ayam mengandung asam amino lengkap, vitamin dan mineral seimbang.
"Protein hewani dari telur terserap sempurna oleh tubuh. Sedangkan daging ayam mengandung asam amino yang penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak," ujar drh. Rakhmat Nuriyanto dari Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) sebagaimana dikutip dari Tabloid Sinar Tani daring dalam rangka Peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) pada 15 Oktober 2020.
Bahkan, menurut drh. Rakhmat Nuriyanto, berdasarkan data UNICEF, perbaikan gizi yang didasarkan pada pemenuhan protein hewani memiliki kontribusi 60% pada pertumbuhan ekonomi negara maju. Sehingga, bisa dikatakan negara dengan tingkat konsumsi protein hewani yang bagus memiliki faktor pertumbuhan ekonomi yang lebih bagus karena berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia negara tersebut.
Dan, dalam konteks Indonesia, ayam dan telur adalah sumber protein hewani yang relatif lebih mudah diperoleh, berkualitas dan sudah sangat lama akrab dengan masyarakat Indonesia.
Mengakrabi kembali ayam dan telur
Ibarat sahabat lama, ayam dan telur adalah sahabat lama yang perlu diakrabi kembali. Karena sejatinya bangsa Indonesia adalah bangsa pemakan ayam dan telur.
Bahkan salah satu jaringan restoran waralaba internasional yang awalnya hanya menyediakan menu daging sapi, ketika masuk pasar Indonesia, harus menambahkan menu daging ayam dan telur sebagai bagian dari modifikasi menu yang dapat diterima masyarakat Indonesia.
Konon relief hewan ayam juga didapati di berbagai candi kuno di Indonesia. Itu artinya ayam, dan juga telur yang merupakan produk dari ayam, sudah hadir sejak lama dalam khazanah kuliner bangsa Indonesia dan dapat dikatakan merupakan bagian dari identitas budaya bangsa ini.