Tangan Mang Dimin, sopirku, yang sering menjawil pipiku juga hangat.
Mama tertawa. Ia membelai dan mendekapku. "Kamu kok belum tidur, Honey?"
"Enggak tau. Nggak bisa tidur aja. Mama masih mau ngetik?" tanyaku.
Kulihat layar laptopnya menyala. "Ma, Rere mau tanya sesuatu. Boleh?"
"Boleh dong, Sayang. Tapi tunggu sebentar ya. Mama selesaikan dulu barang lima menit. Setelah itu Mama antar kamu ke kamar. Kamu mau Mama lanjutin dongeng yang kemarin kan?"
Bukan itu sebetulnya. Tetapi aku tersenyum saja.
Mamaku ini memang pandai sekali bercerita.
Setiap malam, sejak aku bayi, kata Mama, aku selalu didongenginya bermacam-macam cerita. Sampai aku kelas satu SD seperti sekarang, aku tidak pernah bosan. Ada saja dongengnya yang menarik.
Mama mengecup dahiku. Lantas meneruskan mengetik dengan jari-jarinya yang lentik.
Mamaku cantik lho, pintar pula. Dia dosen. Sering juga menjadi pembicara di seminar-seminar. Aku sering diajaknya ikut seminar di hotel-hotel berbintang meskipun aku tidak mengerti apa yang orang-orang dewasa itu bicarakan.
Tapi aku senang kok. Camilan seminarnya enak-enak. Pesertanya ramai pula. Jadi seru aja buatku.