Pak Toto menatap tajam kertas itu. Mulutnya menganga. Istrinya juga tampak tegang.
Ya, Tuhan, betapa stressnya mereka! Sang psikolog membatin.
"Saya tidak bisa baca, Bu," ujar pak Toto. "Pusing saya!"
Sang psikolog mengangguk-angguk. Ia coba berempati. Memang ketegangan dan tekanan mental dapat menghilangkan sebagian kecerdasan orang, pikirnya menganalisis.
"Santai saja, Pak," senyum sang psikolog menenangkan. "Saya paham tekanan mental Bapak sangat besar. Tapi saya yakin jika Bapak dapat lebih rileks, Bapak pasti bisa membaca tulisan ini."
"Masa sih, Bu?" Kali ini sang istri pasiennya yang bertanya.
"Betul, Bu. Asal Bapak Toto lebih rileks pasti Bapak bisa. Ibu tenang saja."
"Tenang bagaimana, Bu? Wong suami saya ini memang tidak bisa baca dari kecil. Alias buta huruf. Disuruh ikut kejar Paket A mabur terus!" sungut istrinya.
Oh, my God, it happened again! Wajah sang psikolog memerah.
"Tapi, kalo Ibu bisa, tolong ajarin suami saya membaca ya, Bu. Caranya gimana tadi? Rileks ya?" tanya istri Pak Toto penasaran.
Sang psikolog muda menggaruk-garuk kepala tak gatal.