Banjir adalah sebuah bencana. Luapan air bah yang merendam rumah dan harta benda warga diyakini berdampak secara mental pada sebagian warga. Itulah kenapa para pakar psikologi berpendapat para korban banjir memerlukan layanan terapi mental dan psikologis.
Alhasil, berbagai pihak yang berduyun-duyun turun ke lapangan seperti parpol, LSM atau yayasan sosial juga menyertakan para psikolog dalam program bakti sosial untuk para korban banjir.
"Namanya siapa, Bapak?" tanya sang psikolog muda dan cantik kepada seorang korban banjir yang tampak tertekan. Wajah tuanya tampak semakin tua.
"Mahmud bin Marzuki."
"Pak Mahmud, apa yang Bapak rasakan sekarang?"
Pak Mahmud terdiam. Ia bingung. "Ape ye? Nggak, nggak berasa ape-ape."
"Yakin?"
"Fifty-fifty."
Sang psikolog kaget. Wah, ketularan kuis lawas nih orang!Â
Tapi ia tetap tabah. Sambil menatap Pak Mahmud yang juga memandanginya, sang psikolog terdiam sambil berpikir keras. Maklum, ia baru lulus kuliah psikologi. Ini adalah proyek terapinya yang pertama.