Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dalam Hari Peringatan ke-92 Sumpah Pemuda yang menyoalkan kontribusi pemuda atau kaum milenial sungguh merupakan "kado istimewa" di hari peringatan bersejarah ini.
"Anak muda kita, aduh saya bilang sama presiden, jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial. Saya mau tanya hari ini, apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi seperti kita bisa viral tanpa bertatap langsung, apa sumbangsih kalian untuk bangsa dan negara ini?" ujar Megawati dalam sambutannya dalam acara peresmian Kantor DPD (Dewan Pimpinan Daerah) PDIP Yogyakarta secara virtual pada Rabu, 28 Oktober 2020.
Puteri proklamator Bung Karno itu juga mempertanyakan peran generasi milenial yang dianggapnya hanya bisa berdemo atau unjuk rasa saja.
Hal itu tampaknya mengacu pada aksi anarkistis sebagian elemen demonstran dalam Aksi Tolak UU Ciptaker sejak 8 Oktober 2020.
Lontaran Mega seakan mengonfirmasikan pelabelan stereotip generasi milenial yang sering dijuluki "generasi rebahan" atau "generasi micin".
Terlepas dari abainya, mungkin karena faktor usia, Mega akan kontribusi milenial dalam derap ekonomi disruption (bisnis perintis atau start-up, misalnya), termasuk kontribusi Mas Menteri Nadiem Makarim sebagai pendiri Gojek, pernyataan istri mendiang Taufiq Kiemas itu menguak wacana menarik.
Sebuah wacana bahwa kita layak mengevaluasi dan berintrospeksi apakah kontribusi pemuda bagi bangsa yang selama ini didengung-dengungkan, di mana peristiwa Sumpah Pemuda secara kolektif dikenang sebagai tonggak historis, merupakan mitos atau fakta.
Kahlil Gibran berkata, "Kita semuanya terpenjara, namun beberapa di antara kita berada dalam sel berjendela. Dan beberapa lainnya dalam sel tanpa jendela."
Mitos adalah bagian dari salah satu penjara tersebut.
Kendati, dalam konteks kebangsaan, kadang mitos memang diperlukan untuk membangkitkan semangat patriotisme atau bela bangsa. Seperti halnya mitos Al Qaeda dan Osama bin Laden, setidaknya demikian yang diyakini para kritikus, yang dimanipulasi Presiden George W. Bush untuk memantik patriotisme bangsa Amerika selepas tragedi 11 September 2001.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!