"Ide bagus tuh. Nanti kita sebelahan ya. Biar tetanggaan."
Samir tersenyum,"Iya dong. Kita kan teman akrab waktu SMP. Nanti kalo tetanggaan kan jadi gampang pinjem-pinjeman barang. Ya, nggak?"
Wajah Tanto berubah masam. "Pinjem barang? Nanti elo masih kayak waktu SMP lagi!"
"Maksudnya?"
"Iya, barang-barang gue nggak ada yang balik kalo elo yang pinjem!"
"Itu dulu. Nanti nggak deh. Sumpah!"
"Bo'ong!" hardik Tanto. Kumisnya bergerak-gerak kesal. "Kalo entar gue tetanggaan sama elo trus punya mobil, gimana? Elo pasti pinjem kan? Trus enggak bakal balikin!"
"Lha, To, gue pasti balikin lha mobil elo. Gak percayaan banget sih lu!"
"Ah, tukang bo'ong. Pasti mobil gue bakal elo jual. Siakek lu!"
Samir geram. Ia berdiri sambil menuding dada Tanto,"Heh! Gue nggak takut ye ama kumis elo. Enak aje nuduh gue jual mobil elo! Dasar cebong sompret!"
"Elo yang sompret, Kampret!" Tanto mendorong dada Samir. Samir membalas.