"Nggak enak?"
"Iya, sama tetangga. Entar dibilang nggak solider. Sekarang kan trennya ngungsi. Ya, ikut ngungsilah!"
Tanto bengong. Meski sudah dua puluh tahun berlalu, temannya ternyata tidak berubah.
"Nah, elo sendiri nggak niat pindah rumah?" Samir balik bertanya. "Kan nggak enak kebanjiran melulu."
"Pengen sih," ujar Tanto. "Tapi kemana ya? Di Jakarta kan susah cari rumah kontrakan murah, bebas banjir."
"Di daerah Lenteng Agung aja. Itu kan dataran tinggi. Perbatasan dengan Depok. Gue juga niat pindah ke situ," usul Samir seraya menenggak air mineral dari botol kecil.
"Kapan pindahnya?"
"Nggak tau. Kan baru niat!"
Tanto keki. Skor 2-0 untuk Samir.
"Gue juga mau pindah. Capek kebanjiran terus. Harga kontrakan naik terus pula!" Tanto meremas bungkus nasinya yang tandas. Pandangannya menerawang ke langit yang mendung menggantung.
"Nah, gitu dong. Pindah ke Lenteng Agung aja bareng gue!"