Tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa, seperti juga sejarah, rentan dimanipulasi dan dipolitisasi oleh penguasa, siapa pun dan kapan pun.
Jika ada kekacauan berbahasa saat ini untuk penggunaan istilah "anarkis", maka Jenderal (Purn.) Wiranto, yang gandrung dengan kata "tatkala", mungkin dapat disebut sebagai sumbernya.
Sependek ingatan saya sebagai mahasiswa demonstran pada Reformasi 1998, sebagai Menkopolkam di ujung era Orde Baru (Orba), Jenderal Wirantolah pejabat negara yang pertama kali menggunakan istilah "anarkis" bagi para mahasiswa dan pengunjuk rasa yang menuntut turunnya Presiden Soeharto, yang disebutnya "bertindak anarkis".
Padahal, sebagaimana dijelaskan di atas, "anarkis" menurut KBBI adalah pelaku kekacauan atau anarki. Dalam hal ini, frasa yang seharusnya digunakan adalah "bertindak anarkistis".
Seorang kawan pernah berseloroh kepada saya, "Jika penggunaan bahasa, yang menyiratkan pola berpikir, sudah tidak tepat, bagaimana pula para pejabat itu akan dapat mengatasi persoalan bangsa?"
Saya tersenyum saja, tidak berkomentar apa-apa. Takut kualat.
Jakarta, 19 Oktober 2020
Baca Juga:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H