Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Musuh Kita adalah Stereotip yang Membatu

8 Oktober 2020   23:51 Diperbarui: 9 Oktober 2020   08:20 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stereotip tidaklah mendefinisikan siapa kita/Sumber: ecenglish.com

Dalam biografinya yang dirilis pada 2005, Bang Ben ternyata anak seorang pensiunan tentara asal Purwokerto bernama Sukirman yang menikahi seorang perempuan Betawi Kemayoran puteri jawara Kemayoran, Haji Jiung.

Dalam sebuah kesempatan makan siang bersama dengan sang kawan yang chauvinistik itu, setelah gelar fakta lewat percakapan mendalam, saya patut berbangga.

Setidaknya darah Betawi saya lebih murni. Sang kawan memang beribukan orang Betawi tulen, tapi ayahnya orang Wetan. Itu istilah orang Betawi untuk orang-orang yang berdomisili di daerah sekitar Karawang, Subang atau Bekasi, yang dianggap tidak murni Betawi. Dan ketika mengakui fakta itu, ia pun tertunduk. Malu rupanya.

Saya berusaha menyembunyikan senyum kemenangan saat itu. Sama rapinya saat saya menyembunyikan fakta darinya bahwa nenek saya dari pihak ayah adalah puteri seorang wan Arab dan perempuan Betawi.

Jadi, meminjam istilah Hitler ketika berusaha mengampanyekan program supremasi ras Arya Jerman pada era 40-an, darah saya juga masih "ternodai" ras lain!

Pada akhirnya, persoalan ras atau suku adalah persoalan yang tidak perlu dipersoalkan, karena merupakan sesuatu yang given, terberi, dari Tuhan. Saya tidak pernah meminta orang tua saya berasal dari ras atau suku apa. Demikian juga kita semua.

Alhasil, stereotip sejatinya adalah sesuatu yang menafikan kodrat Tuhan bahwa kita semua dilahirkan berbeda-beda, bersukubangsa, untuk saling mengenal di antara kita, tanpa perlu mencela atau menghina dalam bentuk apa pun dan lewat media apa pun.

Jakarta, 8 Oktober 2020

Referensi:

1. CNN Indonesia

2. Pikiran Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun