Dan versi baku dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk padanan "malfunction" adalah "malafungsi", alih-alih "malfungsi", sebagaimana yang diyakini oleh banyak orang.
Barangkali salah satu pertimbangan Pusat Bahasa sebagai penyusun KBBI untuk menggunakan prefiks "mala" alih-alih "mal" adalah untuk menghindari fenomena "false friend".
"False friend" atau, secara harfiah, berarti "kawan palsu" adalah istilah linguistik untuk menyebutkan dua kata yang memiliki kesamaan bunyi atau penulisan namun memiliki perbedaan makna atau arti.
Cambridge Dictionary mendefinisikan "false friend" sebagai "a word that is often confused with a word in another language with a different meaning because the two words look or sound similar".
Baca Juga: Taat atau Fanatik KBBI?
Contoh "false friend" yang lain adalah kata "cat".
Dalam bahasa Indonesia, kata "cat" mengacu pada suatu zat pewarna untuk mewarnai tembok atau bangunan atau benda. Sementara dalam bahasa Inggris, "cat" merujuk pada nama hewan kucing.
Ada banyak contoh "false friend" atau "kawan palsu" lainnya yang bisa Anda cari dan kumpulkan sendiri untuk perbendaharaan pengetahuan.
Nah, sebagai "kawan palsu", "false friend" terkadang mengundang kelucuan.
Konon ada seorang pelancong bule di Yogyakarta yang kebingungan mencari tiket pesawat terbang untuk kembali ke negara asalnya. Ndilalah, langkahnya terhenti di depan sebuah kios penjual jamu.
"Sir, can I buy ticket, please?" tanya si bule.