Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Invasi Ular!

21 Januari 2020   11:27 Diperbarui: 7 Maret 2020   18:22 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di awal Januari 2020, ada koran ibu kota yang dengan sensasional menuliskan headline atau judul berita utamanya demikian. Invasi ular! Cukup seram memang. Jika itu film, mungkin yang terbayang adalah film Anaconda yang dibintangi sang aktris jelita nan seksi Jennifer Lopez (Jelo) pada 1997.

Peran media memang cukup berperan menghangatkan suhu akhir tahun 2019 dan awal tahun yang 2020 cenderung dingin di kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Bertebaran berita penemuan ular dan keluarganya serta kawanannya. Sebut saja di Depok, Citayam, Slipi, Tangerang, Pasar Minggu, dan Ciganjur, termasuk juga di salah satu Rukun Warga (RW) di Jagakarsa (Jaksel), tak jauh dari rumah saya.

Konon akhir tahun dan musim penghujan adalah musim ular kawin. Pedekate, cari jodoh untuk kemudian beranak pinak memperpanjang keturunan. Siklus alam atau sunnatullah yang lazim sebetulnya. Bedanya, kini ular bagai selebritas, menjadi pemberitaan viral di jagat media terutama media sosial (medsos) yang tak pernah tidur.

Dicurigai ini ada gerakan terselubung dari bangsa ular untuk menuntut perhatian kaum manusia agar peduli lingkungan dan alam sekitarnya. Sejauh ini saya berhusnuzon demikian. Tak senegatif headline koran kuning tersebut yang cenderung memojokkan ular. Kasihan kan mereka, sudahlah hidup di lubang, dipojokkan pula!

Di lingkungan sekitar rumah saya, karena berdekatan dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dulunya urugan atau reklamasi rawa, sering dijumpai ular berkeliaran. Terutama saat awal kaveling domisili saya ini dibangun. Beberapa kali tetangga bilang ada ular melintas depan pintu rumah saya, menerobos pagar rumah. Alhamdulillah, sampai sekarang masih aman. Tetangga yang lain malah lebih nahas. Di loteng rumahnya pernah ada ular bersarang. Itu sekitar dua tahun lalu, jauh sebelum heboh berita invasi ular di Jabodetabek seperti sekarang ini.

Sebagai manusia, tugas kita berikhtiar dan berdoa. Ikhtiarnya ya bebersih rumah dan lingkungan agar terjaga kebersihannya. Setidaknya agar tak jadi sarang tikus. Tikus suka tempat kotor. Karena tikus itu menu favorit ular, maka biasanya ular akan mengikuti pergerakan tikus. Termasuk menyusup masuk rumah atau lingkungan yang banyak tikusnya. Ular bebas saja menangkap tikus, tak perlu tunggu izin Dewan Pengawas (Dewas) KPK apalagi pemberitahuan di media jauh hari sebelumnya.

Untuk doanya, waktu kanak-kanak, guru ngaji saya pernah ajarkan doa khusus untuk hadapi ular dan hewan buas lainnya, yang lafalnya salaamun 'ala nuh fil 'alamiin (dibaca 3x). Keselamatan atas Nabi Nuh di alam semesta, demikian artinya. Diharapkan ular dan hewan buas atau pengganggu itu takluk seperti tunduknya para hewan saat dititahkan Nabi Nuh untuk masuk bahtera raksasanya (Noah's Ark atau Tevat Noah) ketika banjir bandang purbakala melanda.

Dari buku zikir Al-Ma'tsurot sendiri, ada doa keselamatan: A'uzu bi kalimatillahit tammati min syarrima kholaq. Dilanjutkan dengan membaca surah Al Ikhlas dan Muwazatain (Al Falaq dan An-Naas) agar makin afdal. Orang awam mengenalnya dengan Surah 3 Qul.

Menurut salah satu hadis Nabi Muhammad, jika surah 3 Qul tersebut dibaca rutin masing-masing 3 kali, pagi dan petang, Insya Allah, kita dan keluarga akan terhindar dari segala bencana dan musibah. Itu yang diimani kalangan Muslim. Bagi penganut agama lain, mungkin ada doa atau ritual tersendiri.

Yang jelas, Tuhan telah ciptakan alam ini secara sempurna dan seimbang. Ada sistem rantai makanan yang saling berkaitan, yang jika salah satu terganggu maka sistem ini goyang, ambyar. Ada tikus, ada ular. Dan sebetulnya Allah hadirkan juga biawak sebagai predator ular. Biawak doyan makan telur ular. Makanya di RTH di dekat rumah saya, biasanya ada ular dan juga biawak. Saling menjaga kesetimbangan.

Sayangnya manusia sering aneh sendiri. Biawak sering diburu dan dibunuh, entah untuk obat tradisional atau untuk kesenangan. Pernah saya lihat anak-anak tanggung sibuk merajam keluarga biawak yang tinggal di gorong-gorong air di RTH di dekat rumah. Kasihan, berzina tidak, kena rajam pula!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun