Oh ya, setting tempat dibuatkan di atas area tanah seluas 2,5 hektar untuk keperluan syutinng seperti pedesaan, perkotaan era kolonial, keraton Mataram, replika sungai Ciliwung.
3. Karya Sastra Ditulis di Balik Jeruji
Film Bumi manusia menjadi karya sastra yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer dari balik jeruji besi di Pulau Buru bersama ribuan tahanan karena dicap sebagai komunis. Sebelum ditulis pada tahun 1975, pada tahun 1973 Bumi Manusia diceritakan terlebih dahulu kepada teman-temannya.
Pada tahun 1980, barulah buku pertama dari Tetralogi Buru ini diterbitkan oleh Hasta Mitra. Buku ini sempat mengalami masa kejayaannya dengan memperoleh cetak ulang sebanyak 10 kali pada tahun 1980-1981. Hingga pada akhir Mei 1981 buku ini dilarang edar oleh Jaksa Agung melalui SK-052/JA/5/1981 tentang pelarangan Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa.
Pada tahun 2005, buku ini diterbitkan ke dalam 33 bahasa. Dan di tahun yang sama kembali diterbitkan di Indonesia oleh Lentera Dipantara.
4. Nyai Ontosoroh Kunci Film Bumi Manusia
Peran Nyai Ontosoroh yang memiliki nama tokoh Sanikem di film Bumi Manusia telah mendapatkan banyak pujian.
Digambarkan sebagai sosok yang tegar dan berani melawan ketidakadilan. Ia dianggap sebagai perempuan hina yang tidak memiliki norma kesusilaan karena berstatus sebagai wanita simpanan.
Sadar akan statusnya itu, ia melawan segala cemoohan orang sekitar dengan belajar agar bisa diakui sebagai manusia. Pendapat dari seorang Nyai Ontosoroh untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan dan sebagainya. Hanya bisa dilawan dengan belajar.
"Kita sudah melawan, Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya," ucap Nyai Ontosoroh kepada Minke di detik-detik terakhir memperjuangkan haknya sebagai seorang Ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H