Mohon tunggu...
Nur Sahirah Larasati
Nur Sahirah Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Universitas Tanjungpura

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Kelaparan yang Mengkhawatirkan di RD Kongo

26 Mei 2024   23:16 Diperbarui: 26 Mei 2024   23:20 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis kelaparan adalah suatu keadaan yang di mana ketika sebagian besar orang-orang yang berada di suatu wilayah atau negara tidak memiliki akses atau persediaan makanan yang mencukupi untuk keberlangsungan hidup. Bencana kelaparan dapat juga disebut sebagai peristiwa panceklik. Peristiwa ini dapat terjadi ketika adanya suatu bencana alam seperti banjir, musim kemarau yang berkepanjangan, cuaca dingin yang ekstrem, dan sebagainya. Efek dari kelaparan ini dapat tersebar dengan luas dan keadaan ini dapat bertahan hingga beberapa bulan, bahkan selama bertahun-tahun.

Namun, terdapat keadaan yang tidak bisa dihindari salah satunya adalah krisis kelaparan. Krisis kelaparan dapat diakibatkan dari peperangan seperti yang saat ini terjadi di Gaza, Palestina. Gaza mengalami kekurangan pasokan makanan akibat dari Israel yang menghalangi masuknya kebutuhan pangan. Kondisi ini dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, yang telah menuduh bahwa Israel telah melakukan sebuah kebijakan sistematis yang mengakibatkan penduduk di Jalur Gaza mengalami krisis kelaparan.

Krisis kelaparan ini tidak hanya terjadi di Jalur Gaza saja, namun juga di berbagai belahan negara lain. Krisis kelaparan ini juga terjadi di beberapa negara di Benua Afrika yang telah mengalami kelaparan yang sangat parah sejak lama. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya krisis kelaparan di dunia adalah terjadinya bencana penyakit, bencana alam, dan pelanggaran hak asasi manusia seperti yang telah terjadi di Gaza.

Menurut sumber dari Global Hunger Index (GHI) 2023 yang diterbitkan oleh Welt Hunger Hilfe (WHH) dan Concern Worldwide pada bulan Oktober 2023, laporan ini telah membahas secara tuntas tentang masalah terkait krisis kelaparan yang berasal dari seluruh dunia dan membahas tentang kemampuan para generasi muda yang menciptakan sistem pangan berkelanjutan. Dari laporan tersebut disebutkan tentang tingkat kelaparan yang dialami di seluruh dunia dengan secara menyeluruh dan komprehensif. Indeks tersebut mengambil perhitungan dari 125 negara yang lalu dibagi menjadi 6 bagian teritorial. Yang menjadi tolak ukur dalam indeks kelaparan global ini adalah berdasarkan pada terjadinya stunting dan wasting, kurangnya asupan gizi, serta angka kematian pada anak-anak.

Setelah melakukan pengumpulan data terhadap indikator yang telah disebutkan, kemudian GHI mengelompokkan semua skor berdasarkan pada skala dari "GHI Severity of Hunger Scale", yaitu sebagai berikut.

  • Extremely alarming (sangat mengkhawatirkan) jika skor yang tertera di GHI 50.0
  • Alarming (mengkhawatirkan) jika skor yang tertera di GHI 35.0 -- 49.9
  • Serious (serius) jika skor yang tertera di GHI 20.0 -- 34.9
  • Moderate (cukup mengkhawatirkan) jika skor yang tertera di GHI 10.0 -- 19.9
  • Low (rendah) jika skor yang tertera di GHI 9.9

Berdasarkan skor dan penetapan sementara yang telah dilakukan oleh GHI 2023 yang membahas tentang krisis kelaparan di seluruh dunia, pada tahun 2023 terdapat 9 negara yang saat ini berada ditingkat Alarming, salah satu negaranya adalah Republik Demokratik Kongo, dan 34 negara yang berada di tingkat Serious. Terdapat 6 negara yang berada ditingkat Alarming dengan Republik Demokratik Kongo di peringkat ke-4 di dalam laporan GHI 2023 dan 3 negara tambahan sementara yang telah ditetapkan menjadi negara dengan status Alarming walaupun data yang ada tidak mencukupi perhitungan skor GHI 2023.

Terkait tentang negara Republik Demokratik Kongo (RDK), sejak pada tahun 2000 negara ini tidak terlalu bermasalah dengan krisis kekurangan makanan. Namun, keadaan RDK berubah drastis setelah dilanda pandemi COVID-19 yang telah terjadi pada tahun 2019-2021. Sampai saat ini, Kongo masih berada dalam krisis kelaparan terbesar di dunia. Menurut World Food Progamme (WFP), diperkirakan terdapat 23,4 juta orang yang menderita kelaparan yang disebabkan oleh kemiskinan dan konflik yang telah terjadi selama beberapa dekade. Ada pula, 2,8 juta anak yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) akut dan sekitar 27% penduduk Kongo yang masih berada di dalam pengaruh kerawanan bahan makanan.

Berdasarkan perhitungan indeks GHI 2023, Republik Demokratik Kongo berada di peringkat 122 dengan skor 35,7 yang membuat negara ini berada pada status Alarming. Dari laporan indeks GHI 2023, RDK memiliki nilai yang tinggi atau sangat tinggi pada masing-masing indikator, pengecualian untuk angka child wasting yang di mana berada tingkat menengah yang signifikan.

Pemerintah dari Republik Demokratik Kongo telah membuat beberapa langkah untuk mengatasi krisis kelaparan yang tengah terjadi. Salah satu langkah tersebut adalah memberi dukungan terhadap mata pencaharian yang berkaitan dengan akses rumah tangga hingga peralatan untuk bertani dan menyediakan benih. Selain itu, pemerintah juga memberi edukasi tentang praktik ilmu pertanian untuk menaikkan produksi persediaan pangan.

Untuk mengatasi krisis kelaparan di Republik Demokratik Kongo dapat dilakukan juga dengan melibatkan berbagai kerja sama dan kebijakan internasional. World Food Programme (WFP) adalah salah satu pelaku utama dalam mengatasi krisis kelaparan di dunia. WFP sendiri telah bekerja sama dengan banyak serikat nasional dan internasional dalam memberikan bantuan bahan pangan dan membantu mengatasi krisis kelaparan yang tengah terjadi di Kongo. Organisasi WFP ini sendiri mempunyai peran yang penting dalam menangani krisis kelaparan, kekurangan gizi, stunting, wasting, dan kematian anak di Kongo sejak tahun 2016 hingga tahun 2019.

WFP berperan dalam pendekatan administratif seperti melakukan pengawasan terhadap negara Republik Demokratik Kongo, supaya tidak terjadi pelanggaran dan mengawasi lancarnya keberlangsungan program Pembangunan. WFP juga melangsungkan upaya keterbukaan dalam membuat laporan keadaan bulanan, laporan tahunan, dan dashboard atau papan pedoman darurat.

Selain itu, kerja sama antar negara pun menjadi salah satu faktor yang penting dalam upaya ini. Banyak negara yang juga melakukan kontribusi dengan memberikan bantuan untuk Republik Demokratik Kongo. Negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Inggris, dan Kanada. Setiap negara tersebut telah memberikan bantuan ke RD Kongo seperti bantuan makanan, air bersih, bantuan medis, perlindungan bagi para pengungsi, dukungan Pendidikan, Pembangunan infrastruktur, dan pemulihan ekonomi.

Amerika Serikat memberikan bantuan kepada RD Kongo melalui Dana Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat (USAID). USAID sendiri telah memberikan berbagai macam bantuan untuk mengatasi krisis kelaparan yang terjadi di Republik Demokratik Kongo, yaitu sebagai berikut.

  • Bantuan Makanan
    USAID telah menyediakan makanan dengan gizi yang cukup untuk setiap orang dan keluarga yang mendapatkan dampak dari kelaparan. Hal ini termasuk seperti memberikan makanan yang siap saji, suplemen nutrisi dan gizi, dan diberlakukannya sebuah program untuk memantau gizi pada anak-anak dan ibu hamil.

  • Bantuan Kesehatan
    USAID dapat memberi bantuan kesehatan dan medis untuk menanggulangi masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelaparan, seperti memberi pengobatan malnutrisi, imunisasi, dan akses layanan kesehatan.

  • Pembangunan Infrastruktur
    Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan untuk jangka panjang, USAID memberikan bantuan pembangunan infrastruktur di bidang pertanian, seperti menyediakan akses ke pasar, melakukan irigasi, dan membuat sistem pengairan.

  • Pendidikan dan Pelatihan
    USAID memberikan bantuan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat setempat mengenai praktik dalam bidang pertanian lanjutan, manajemen untuk sumber daya alam, dan keterampilan lain yang memungkinkan membantu masyarakat mengatasi kelaparan dengan mandiri.

  • Bantuan Darurat
    USAID juga memberikan beberapa bantuan darurat seperti menyediakan air bersih, perlengkapan kesehatan, dan perlindungan tindakan kekerasan atau eksploitasi yang mungkin akan terjadi.

  • Bantuan Pembangunan Ekonomi
    USAID bisa memberi bantuan mengembangkan ekonomi tingkat daerah, seperti membantu para petani atau membantu dalam mengembangkan UMKM di kalangan masyarakat.

Dengan demikian, upaya kebijakan internasional yang dilakukan untuk mengatasi krisis kelaparan di RD Kongo adalah dengan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintahan negara, organisasi internasional, dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Dapat pula dilakukannya sebuah kerja sama dengan negara-negara tetangga dan berbagai organisasi lain yang terlibat dapat menjadi kunci untuk melakukan pemulihan dan mencegah krisis kelaparan yang terjadi di Republik Demokratik Kongo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun